Lihat ke Halaman Asli

KKNT UNESA NGANJUK 54

Universitas Negeri Surabaya

Reog Giri Wilis, Ajaran Kehidupan di Balik Kesenian Asli Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis Nganjuk

Diperbarui: 14 Juni 2023   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Instagram.com/dpkperadahnganjuk

Seni merupakan segala sesuatu yang memiliki unsur keindahan, yang mampu membangkitkan emosi atau perasaan seseorang. Sedangkan budaya adalah adalah cara hidup yang berkembang pada sekelompok orang yang diturunkan dari generasi ke generasi. Sayangnya, rasa cinta dan keinginan anak muda saat ini untuk melestarikan kebudayaan kian memudar. Namun, masih ada sekelompok pemuda yang masih mempertahankan dan melestarikan kebudayaan setempat, yakni Pemuda Hindu di dukuh Curik, desa Bajulan, Nganjuk.

Reog Giri Wilis yang kerap ditampilkan oleh pemuda hindu menjadi bukti bahwa seni budaya masih eksis di desa Bajulan. Kesenian ini juga pernah di tampilkan di berbagai wilayah di Nusantara. Reog Giri Wilis merupakan warisan leluhur yang autentik. Menurut Pemangku adat desa Bajulan, Reog bukan sekedar tarian biasa. Namun, Reog merupakan tarian fragmen yang mengandung makna, termasuk nama-nama tokoh yang berperan dalam rangkaian tari tersebut. Adapun tujuan dari rangkaian tari tersebut adalah memberikan pesan, pengetahuan kepada manusia.

Menurut penuturan Pemangku Adat, Reog pertama kali ditampilkan pada penobatan Raja Kediri I. Seni Reog ini disusun oleh Resi Anom, kakak dari Raja Kediri, yang dibuat untuk memberikan pesan kepemimpinan kepada Raja Kediri pertama.  Sehingga cerita Reog sarat akan makna tersirat dalam setiap fragmen ceritanya. Adapun kiasan atau makna pada setiap tokohnya, antara lain:

  • Dewi Songgolangit, dewi yang terkenal akan kecantikannya di seluruh jagat. Songgolangit yang memiliki makna kiasan, dari kata "songgo" yang artinya menopang, "langit" artinya semesta dan "ayu" yang berarti keindahan dan keselamatan. Jadi, keindahan dan keselamatan dari alam semesta.
  • Raja Bandarangin, yakni Klana Sewandana. Berasal dari tiga kata sansekerta, "Klana", "Sewa", "Dana". Orang yang bisa mewujudkan memayu hayuning bawana, yang memberikan kebaikan kepada alam semesta untuk kepentingan bersama. Klana, berarti perjalanan. Sewa, berarti pengabdian. Dana, yang berarti kedisiplinan. Jadi, Klana Sewandana maknanya manusia hidup itu untuk menjalani sebuah pengabdian yang didasari atas kedisiplinan. Dalam ceritanya, Raja Bandarangin adalah seorang raja yang bisa mempersunting Dewi Songgolangit. Maknanya, orang yang memayu hayuning bawana adalah orang yang menjalani hidupnya dengan dasar pengabdian yang disiplin.
  • Bujang Ganung, dalam ceritanya merupakan panglima dari Raja Bandarangin. Secara Bahasa, Bujang berarti tidak menikah, tidak terikat. Orang yang mempunyai pendirian sebagai pemimpin untuk memayu hayuning bawana sebenarnya tidak terikat oleh kepentingan pribadi.
  • Jaranan, berasal dari kata "jaran", dan "ajaran" yang berati pengetahuan. Hewan yang memiliki kendali adalah kuda. Pada fragmen ini, jatilan sebenarnya adalah pasukan laki-laki yang mirip perempuan, berarti orang gagah perkasa tapi memiliki sifat yang lembut.

Instagram.com/dpkperadahnganjuk

Diceritakan bahwa Klana Sewandana harus mampu menaklukan Singo Barong yang dinaiki Merak, artinya bahwa kekuatan atau kekuasaan harus dikendalikan dengan rasa cinta kasih supaya tumbuh suatu keindahan atau kebaikan.

"kalau kekuatan atau kekuasaan tidak dikendalikan dengan rasa cinta kasih, hancur semua. Untuk kepentingan pribadi akhirnya muncul kekejaman seperti wujud singa yang tidak dikendalikan merak, buas." jelas Pak Mangku Damri, (13/6/2023)

Tarian Klana Sewandana mencerminkan sikap berhias, artinya memperbaiki diri agar lebih baik . Semua fragmen tari di dalam Reog Giri Wilis memiliki simbol kelembutan, cinta kasih, dan mengarah pada hal baik. Tari sendiri berasal dari kata "Nata Naluri", memperhalus jiwa. 

Instagram.com/dpkperadahnganjuk

Dari kisah dan tokoh -- tokoh dalam cerita Reog Giri Wilis, dapat diambil kesimpulan bahwa seni tak hanya menampilkan suatu pertunjukan akan tetapi juga mengandung nilai kehidupan. Pesan dan nilai-nilai kehidupan dari leluhur yang terkandung dalam kesenian penting untuk tetap dilestarikan. Sehingga, nantinya akan terwujud masyarakat yang sejahtera.

(Wi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline