Lihat ke Halaman Asli

kkn Tematikkel2

universitas muhammadiyah surabaya

Mengenalkan Tantrum Pada Perkembangan Anak Dan Personal Branding Sejak Dini

Diperbarui: 26 Oktober 2023   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kelompok Kerja Nyata Tematik (KKN-T) telah berhasil mensosialisasikan tentang normalisasi anak tantrum. Salah satu mahasiswa umsurabaya dari prodi psikologi berhasil memberikan edukasi mengenai normalisasi anak tantrum. Sosialisasi tersebut dilakukan di Desa Wangun, Kec. Palang, Kab. Tuban. Sosialisasi tersebut ditujukan pada komunitas aisiyah dan perkumpulan ibu-ibu kb mutiara bangsa

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi pada ibu-ibu bahwa anak tantrum adalah suatu hal yang normal dan memang terjadi pada perkembangan anak. Anak tantrum seringkali disalah persepsikan bahwa anak tersebut memang memiliki kelainan. Padahal anak hanya butuh melampiaskan apa yang membuatnya kecewa. Terkadang tidak hanya itu penyebabnya tetapi perkemabngan anak dalam berbicara yang belum memiliki kosa kata yang lengkap membuat anak meledakkan emosinya sehingga mengalamk tantrum.

"Sosialisasi tersebut sangat membantu warga, seneng dengan diadakannya sosialisa karena terbantukan dengan ilmu dari mbak-mbak Kkn mengenai tantrum. Tetapi mbak untuk permasalahan jika anak diasuh oleh neneknya ketika bekerja. Anak saya menjadi manja ketika saya pulang dari kerja. Untuk merubah hal seperti itu juga sukit ya mbak dan saya tudak 24 jam mengasuh anak saya. Mau bagaimana lagi mbak, kerja adalah suatu cara memenuhi kebutuhan saya dan keluarga" tutur bu biatun, ketua aisiyah wangun. Hal tersebut merupakan suatu hal biasa karena untuk zaman sekarang gaji suami terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Anak tantrum bukan hanya menginginkan sesuatu terkadang rasa kasih sayang ibunya saja. Tantrum bisa dijadikan suatu pancingan untuk anak agar ibu memberikan rasa kasih sayangnya. Oleh karena itu, mahasiswa kkn um surabaya menyarankan jika anak sudah tantrum dan sudah bisa membahayakan sekitar dan dirinya segera untuk memeluk anak dan mengeluarkan kata-kata positif atau menunjukkan kasih sayang melalui verbal yang dilontarkan oleh orang tuanya. Mahasiswa membiasakan untuk memberikan pelukan pada anak sedari kecil sebagai penunjuk rasa sayang. "Orang tua itu bu ya... melarang anaknya membeli permen atau ice cream karena sudah makan beberapa kali dalam seminggu nggeh bu misalkan dalam seminggu anak njenengan sudah makan ice cream 5 kali dalm seminggu lalu mau ice cream lagi. Lah ngoten nopo mboten jebol tenggorokanne. Tetapi ibu-ibu sekalian, anak-anak belum bisa menerima informasi seperti itu karena memang syaraf-syaraf belum semaksimal untuk menerima informasi seperti itu. Lah terus pripun mengatasi kalau anaknya pingin banget bu. Saran saya jangan turuti langsung kemauannya. Hal itu bisa menjadi nangis, pukul-pukul kepala, teriak, atau bentuk reaksi tantrum lainnya sebagai senjata untuk mewujudkan keinginan itu menjadi nyata".

Begitu juga dengan sosialisasi di perkumpulan ibu-ibu kb mutiara bangsa, sosialisasi tersebut sangatlah berjalan dengan riuh karena adanya keluhan yang sama dengan mahasiswi kkn terangkan. Pada pelaksanaan sosialisasi ibu-ibu memerhatikan anaknya yang memang sedang sekolah di kb mutiara bangsa. Ibu-ibu sangat semangat menimba ilmu mengenai tantrum. Pada sosialisasi di kb di buka dengan prolog yang disampaikan ibu devi selaku kepala sekolah kb. Mutiara bangsa. Ibu-ibu kb. Mutiara bangsa sangat menyimak seksama materi demi materi tantrum. Penutupan dibacakan sebuah kesimpulan dari mahasiswi kkn tematik "bu ibu jauhkan sejauh-jauhnya dari gadget ya ibu-ibu. Untuk mendiamkan anak agar tidak hanya hp , ibu-ibu harus cermat dalam mendidik dan membimbing karena kecerdasan serta tingkah laku ke depannya akan meniru orang tuanya"tutur mahasiswi kkn-t sebagai penutup sosialisasi di kb. Mutiara bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline