MALANG - Sebanyak kurang lebih 20 santriwati mengikuti kegiatan yang diadakan mahasiswi KKN Tematik Inovasi Pesantren UPN "Veteran" Jawa Timur di Ma'had Nurul Haromain Pujon. Teras Tani Minimalis atau yang disebut TETRIS merupakan kegiatan penghijauan ruang kosong yang ada di lingkungan pondok. Kegiatan tersebut berlangsung di halaman Pondok Putri Nurul Haromain.
Memanfaatkan ruang kosong dan sempit di halaman pondok, mahasiswi KKNTIP menggunakan pot tanam vertikultur dan wall planter. Pot vertikultur memanfaatkan pipa paralon bekas kemudian dimodifikasi hingga memiliki beberapa lubang untuk digunakan sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Sementara wall planter berupa pot plastik yang ditempelkan pada tembok sehingga ketika tidak ada lahan kosong pun kegiatan bertanam masih dapat dilakukan. Kegiatan dilanjutkan dengan menanam tanaman sawi, selada, dan hortikultura lainnya sekaligus sharing terkait tanaman dan kegiatan bertanam.
Selain sebagai upaya penghijauan dan memperindah ruang, TETRIS dapat menjadi wadah untuk refreshing bagi santriwati. Dalam waktu luangnya, santriwati diajak untuk merawat dan memanfaatkan tanaman yang telah ditanam. Oleh karena itu, kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan pupuk JMS oleh mahasiswi KKNTIP. Pupuk JMS alias Jadam Microbial Solution adalah salah satu dari sekian banyak inovasi pertanian secara organik dari kelompok atau komunitas petani JADAM di Korea. Bahan yang diperlukan pun mudah didapatkan yakni air, serasah daun, nasi atau kentang yang sudah tidak termakan, garam, serta alat berupa ember dan penutupnya.
Pembuatan JMS bertujuan untuk mendapatkan larutan mengandung mikroba yang berguna untuk tanaman. Untuk mendapatkannya, nasi dan serasah daun dibalut kain kemudian direndam dalam air yang sudah diberikan garam dalam ember. Peran nasi dan garam adalah sebagai sumber makanan untuk mikroba sehingga tercipta lingkungan yang menguntungkan bagi mikroba untuk tetap hidup. Kemudian larutan rendaman ditutup menggunakan plastik agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan luar. Selanjutnya larutan dibiarkan selama beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya. Seperti konsep pembuatan kompos, dalam keadaan tersebut serasah daun akan terurai oleh mikroba yang ada di larutan sehingga didapatkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. JMS yang sudah jadi dapat dimanfaatkan dengan mengaplikasikan larutannya langsung kepada tanaman.
Harapan dari TETRIS adalah para santriwati dapat merawat tanaman sekaligus memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan secara berkelanjutan. Apalagi tanaman merupakan makhluk hidup yang senantiasa berdzikir kepada Allah. Sangat menyenangkan hati apabila dapat merawat makhluk Allah dengan baik. Tak hanya itu, TETRIS mengajak santriwati untuk tetap inovatif bertani meskipun dilakukan secara minimalis.
"TETRIS ini bisa jadi wadah untuk memanfaatkan ruang kosong menjadi ruang hijau yang asri sekaligus dapat memacu pemikiran inovatif karena di sini kami memanfaatkan ruang sempit, barang atau bahan bekas untuk dijadikan sebagai media tanam. Selain itu, kegiatan ini dapat menjadi kegiatan refreshing untuk para santriwati karena menanam itu memang semenyenangkan itu," terang Nanda Ajeng, mahasiswi KKNTIP, selaku koordinator TETRIS (18/8/2023).
Ditulis oleh: Tim Redaksi KKNT Inovasi Pesantren Ma'had Nurul Haromain
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H