Beragam kebudayaan unik yang berasal dari masyarakat Betung khususnya suku Komering yang menempati daerah provinsi Sumatera Sealatan. Kebudayaan dan tradisi yang masih lekat sehingga kebanyakan masyarakat suku Komering (Desa Betung) masih menjalankan kebiasaan lama yang sudah berlangsung turun-temurun. Mayoritas pekerjaan masyarakat di daerah Pesisir Komering adalah bertani padi.
Ini seperti halnya masyarakat yang tinggal di desa daerah Komering khususnya desa Betung. Aktivitas masyarakat yang bertani tersebut tergolong memiliki musim tertentu. Misalnya fase-fase dalam bertani. Pada fase tertentu yaitu setelah fase menanam padi atau tahapan awal bertani, masyarakat cendrung tidak memiliki kesibukan yang signifikan. Atau dengan kata lain setelah fase bercocok tanam banyak masyarakat yang menganggur sehingga mencari kesibukan dengan penghasilan tambahan.
Salah satu kegiatan unik yang dilakukan masyarakat adalah kegiatan membuat kerajinan tradisional berbahan dasar purun dengan cara meanyamnya. Tujuan kegiatan ini beragam, bisa hasil karyanya untuk kebutuhan pribadi atau bisa juga untuk penghasilan dengan cara dijual ke pengepul atau dijual secara pribadi.
Meanyam purun merupakan kegiatan tradisional yang menjadi salah satu khas suku Komering, esistensinya masih terjaga hingga sekarang. Meanyam purun adalah kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu karya berupa tikar atau karya seni lain dengan menggunakan teknik menganyam dengan cara menyatukan beberapa bahan menjadi suatu pola yang memiliki nilai guna dan estetika. Bahan yang digunakan umumnya adalah tumbuhan air purun yang tumbuh subur hampir di seluruh Sumatera Selatan.
Untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan ini saya mewawancarai salah seorang warga yang berprofesi sebagai petani yakni Bapak Zaidan Lampu (47 tahun) yang bermukim di Desa Betung yang merupakan suku Komering asli. Beliau ini adalah salah seorang pengrajin anyaman purun sebagai kegiatan atau pekerjaan selingan pekerjaan utamanya yakni bertani. Beliau ini sudah sangat lama melakukan kegiatan ini dimana sudah seperti budaya turun-temurun di keluarganya. Beliau mengatakan melakukan kegiatan tersebut untuk mengisi waktu luang setelah masa tanam padi.
Pada tahap pembuatannya tikar purun yaitu purun terlebih dahulu dicabut dari rawa atau parit di daerah Lebak Burak (Rawa Komering). Setelah itu purun dibersihkan sebelum kemudian dijemur sampai kering. Lalu pada tahapan berikutnya purun akan ditumbuk hingga pipih. Selanjutnya purun yang sudah pipih tersebut di panat atau didiamkan selama dua hari hingga proses selanjutnya adalah proses penganyaman.
Harga per satuan tikar bisa mencapai satu gabar/sambit seminal 25 ribu rupiah untuk tikar dua sampit, sedangkan untuk tikar satu sampit dihargai lima ribu rupiah perlembar tikarnya. Selain tikar masyarakat di desa anjir serapat juga sering membuat kerajinan lain yang juga berbahan purun seperti, bakul, topi, Kampil(kadut purun),dan sebagainya.