Lihat ke Halaman Asli

Gapoktan Canggih, Selodakon Melesat

Diperbarui: 6 Maret 2024   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc.KKN KELOMPOK 23 SELODAKON UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

hasil survey KKN kelompok 23 Universitas Muhammadiyah Jember Menunjukan bahwa Desa selodakon memiliki lahan pertanian seluas 545 ha sawah, 40 ha tegal, dan 160 ha pekarangan. Mata pencaharian utama warga selodakon adalah pertanian.  Pak Ali sebagai ketua gabungan kelompok tani (gapoktan) mengatakan bahwa di desa selodakon terdiri dari 7 kelompok tani yang termasuk kelompok tani pangan, lalu ada 2 kelompok tani perkebunan dan kelompok tani hutan. Dalam rancangan DIKK jumlah petani di desa ini sekitar 1300 orang.

DRYER JAGUNG OTOMATIS KKN KELOMPOK 23 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Model bercocok tanam ada 3, yang pertama MT1 padi dan jagung, MT2 padi 50% palawija 50%, dan MT3 90% kacang. Meski dihadapkan dengan cuaca yang tidak menentu, gapoktan tetap bisa mengolah hasil pertanian dengan maksimal. Untuk pengolahan hasil pertanian jagung sendiri, gapoktan menggunakan mesin dryer untuk membantu mengeringkan jagung dalam jumlah banyak, teknologi dryer ini memanfaatkan udara luar yang dihisap melalui cerobong kemudian dilanjutkan ke mesin dryer untuk dilakukannya pengeringan secara cepat.

Penggiling padi elektrik KKN KELOMPOK 23 SELODAKON UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Untuk pengolahan hasil pertanian padi, gapoktan di desa selodakon menggunakan penggilingan padi elektrik yang memanfaatkan energi listrik sebagai bahan utama untuk mengoperasikan alat tersebut. Dengan menggunakan alat penggilingan padi elektrik ini dapat memudahkan petani dalam mengeringkan gabah secara cepat serta dapat memisahkan beras dan sekam.

Dengan adanya alat tersebut bisa memudahkan para petani dalam mengolah hasil pertanian, juga dapat menghemat waktu dan tenaga. “Alat ini sudah ada sejak tahun 2020, jadi kita sekitar 4 tahun menggunakan alat tersebut untuk membantu para petani di desa ini” tutur Pak Ali. Dengan adanya teknologi ini maka tingkat perekonomian meningkat. Peningkatan ini disebabkan karena jika petani menjual gabah secara langsung kepada tengkulak harganya akan jauh lebih murah dibandingkan dengan hasil pengolahan sendiri.

SURVEY MESIN SELEP OTOMATIS GAPOKTAN KKN KELOMPOK 23 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 

PENJELASAN KEGUNAAN ALAT PADA MESIN SELEP BERAS OTOMATIS KKN KELOMPOK 23 SELODAKONUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

HASIL JAGUNG YANG DI JEMUR  KKN KEELOMPOK 23 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

PROSES PENJEMEMURAN BIJI JAGUNG KKN KELOMPOK 23 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline