Lihat ke Halaman Asli

KKN UIN Walisongo Bersama Karang Taruna Desa Gonoharjo Melestarikan Kisah Pahlawan Melalui WorkShop Jurnalistik

Diperbarui: 28 November 2024   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan WorkShop Jurnalistik Yang Diadakan Oleh KKN Reguler UIN Walisongo/dok. pri

KKN Reguler 83 Posko 15 UIN Walisongo Semarang, mengadakan workshop jurnalistik dengan tema "Menghidupkan kisah pahlawan dalam jurnalisme untuk membangun semangat nasionalisme melalui tulisan" dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 2024.  Acara ini digelar pada  hari Minggu, 10 November 2024 di SDN 01 Gonoharjo yang menghadirkan pemateri M. Khasan Sumardi selaku ahli dalam Jurnalisme & Public Relation. Acara ini bertujuan untuk menginspirasi generasi muda agar tidak hanya mengenal sejarah perjuangan bangsa, namun juga aktif dalam melestarikannya melalui karya tulis.

Kegiatan WorkShop Jurnalistik Yang Diadakan Oleh KKN Reguler UIN Walisongo/dok. pri

Workshop yang digelar di SDN 01 Gonoharjo ini tidak hanya menyajikan materi seputar dunia jurnalis melainkan tentang etika dan tata cara penulisan yang baik dan benar. Peserta juga akan diajak untuk membuat konten kreatif seperti infografis, video pendek tentang pahlawan. Selanjutnya, peserta diajarkan cara memproses hingga mempublikasikannya di laman pemberitaan maupun melalui media sosial.

Kegiatan WorkShop Jurnalistik Yang Diadakan Oleh KKN Reguler UIN Walisongo/dok. pri

Publikasi mengenai suatu informasi tentu harus memperhatikan kaidah kebahasaan, minat sasaran dan bersifat netral/transparan yang selalu mempertimbangkan norma yang berlaku. Pemahaman ini sangat penting bagi seseorang yang memulai karirnya di bidang jurnalistik. Meskipun, suatu jurnal yang kita publikasi berasal dari fakta, kita perlu melakukan pengecekan setidaknya 1 sampai 2 kali. Menurut M.Hasan Sumardi, " Crosscheck tulisan perlu dilakukan maksimal 2 kali untuk memastikan jurnal yang kita tulis layak untuk dibaca. Pengecekan dan revisi ini dilakukan jangan sampai melebihi 2 kali untuk mempertahankan keutuhan dari inti berita yang kita tulis". Pengecekan dan revisi ini juga diperlukan dan membantu kita dalam meminimalisir perpecahan antarkelompok, SARA, dan unsur kebencian yang termuat dari karya tulisan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline