Rangkaian acara di hari pertama telah usai setiap kelompok KKN menuju posko masing-masing. Tempat kami berteduh selama 40 hari kedepan berada di desa Rancakasumba tepatnya di rw 13 yang merupakan rw yang berada di sebrang sungai citarum menjadi rw yang terpisah dari 10 rw lain di desa rancakasumba ini sangatlah di luar ekspetasi saya pribadi.
Masyarakat yang ada disana menerima dengan adanya kedatangan kami dengan senang hati. Dilihat dari setiap warga yang begitu ramah terhadap kami. Apalagi anak-anak yang sangat antusias sekali dengan adanya kami di kampung mereka, dan menyambut kami di posko.
Di hari kedua ini kami mendapatkan perintah untuk melakukan apel bersama dengan TNI juga kelompok lain pada pukul 08.00. Sebelumnya kami melakukan aktivitas kami dengan membereskan rumah dan membuat sarapan, hal yang tak disangka pada pagi hari anak-anak sebelum berangkat sekolah mereka menyempatkan datang ke posko dan ingin membaca buku yang kami sediakan di posko. Semangat mereka untuk tetap belajar sangatlah tinggi terenyuh hati ini ketika masih suka bermalas-malasan.
Selain melakukan apel bersama, kami melakukan kegiatan bersosialisasi ke warga setempat. Dan lagi anak-anak yang datang ke posko mereka menawarkan diri untuk mengantar kami hanya dengan cuma-cuma untuk berkeliling kampung menemui tokoh-tokoh masyarakat di kampung ini. Kami juga bertemu dengan karang taruna yang ada di rw 13 untuk bersosialisasi. Sepanjang perjalanan kami bertegur sapa dengan warga begitupun sebaliknya merupakan sesuatu pemandangan yang sudah jarang saya temui kota-kota terhadap orang baru atau pendatang seperti kami ini.
Selepas magrib, kami melakukan solat berjamaah bersama di masjid setempat yang tidak jauh dari posko tempat kami tinggal. Sembari menunggu adzan isya berkumandang kami mengisi waktu luang dengan mengaji bersama dengan anak-anak. Ini menjadi pengalaman sekaligus tantangan yang harus dilalui menghadapi anak-anak, karena mereka memiliki keistimewaan yang berbeda yang menjadikan kami harus ekstra sabar dalam mengatur kegiatan mengaji ini. Namun saya dan kawan-kawan yakin bahwa semua ini akan indah pada waktunya.
Tak sampai disitu, di tempat kami tinggal ini memiliki sanggar seni yang biasa di sebut sanggar seni angkulung, namun disana tidak hanya terdapat alat musik angkulung ada juga gong, kendang juga yang alat musik lain yang di peruntuk bagi warganya untuk mengolah keterampilan bermain musik juga bernyanyi yang mereka miliki. Banyak anak-anak juga remaja yang datang seperti yang kami lakukan dengan ikut berbaur dengan mereka dan itu sangat menyenangkan. Ini lah sepenggal kisah dari KKN Rancakasumba di Kampung Bojong Gede Pojok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H