Lihat ke Halaman Asli

Kearifan Lokal Penggunaan Batu Kristal Untuk Berdzikir

Diperbarui: 14 Juli 2024   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Kominfo

Kamis, 11 Juli 2024-Sebagaimana semboyan Negara Indonesia Ini "Bhinneka Tunggal Ika", banyak sekali keragaman suku, budaya, agama, bahkan tradisi yang luar biasa tersebar diberbagai daerah Negara kita ini. Salah satunya di Desa Pucangrejo Kecamatan Pegandon yang masih sangat kental dengan budaya kearifan lokalnya dalam menggunakan batu Kristal untuk sarana perhitungan dzikir.


Tepat di setiap malam Jum'at kliwon, masyarakat Desa Pucangrejo selalu melaksanakan dzikir dan pembacaan shalawat nariyah sebanyak 4444 kali dalam satu majelis atau satu kali duduk. Hal tersebut bertujuan untuk mengajak para masyarakat muhasabah diri bersama-sama memohon kepada Allah SWT agar dijauhkan dari segala bala' (bahaya) dan memohon untuk dapat dikabulkan segala hajatnya. Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Baitul Mukminin dan diikuti oleh semua kalangan mulai dari remaja masjid, mahasiswa KKN UIN Walisongo Posko 42, Bapak/Ibu Masyarakat, dan para Ulama sepuh yang ada di Desa Pucangrejo.


Acara diawali dengan pembacaan Asmaul Husna sebanyak 3 kali, ayat kursi, dan dilanjutkan pembacaan shalawat nariyah sebanyak 4444 kali. Untuk mengetahui seberapa banyak shalawat nariyah yang kita baca, dari masing-masing diberi beberapa batu Kristal berwarna hitam yang sebelumnya sudah dihitung sejumlah 4444 untuk dibagikan kepada para hadirin yang hadir dalam acara ini. Jadi, setiap hadirin yang hadir nantinya mendapatkan satu piring kecil batu Kristal dan satu gelas plastik untuk tempat batu Kristal setelahnya.
Jika masing-masing dari para hadirin sudah menyelesaikan bagian dari bacaan shalawat nariyah melalui batu Kristal tersebut, maka batu Kristal dikumpulkan untuk bisa digunakan kembali nantinya. Mungkin terkesan jadul, tapi metode dan cara ini sangat mempermudah untuk memastikan pembacaan shalawat nariyah itu sudah genap dibaca 4444 kali atau belum. Para masyarakat pun sangat semangat dalam mengikuti acara dari awal hingga akhir. Acara ini ditutup dengan pembacaan do'a dan syukuran bersama.
Dari kegiatan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, banyak sekali kearifan lokal yang masih bisa kita lestarikan di tengah maraknya kemajuan teknologi untuk saat ini. Apalagi untuk kaum generasi muda yang sudah tidak sedikit enggan mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan terkhusus kegiatan keagamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline