Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa KKN MB UIN Walisongo Kelurahan Kalicari Ikut Membantu Kreativitas Anak di KB Baitul Muhtadin dengan Permainan yang Edukatif

Diperbarui: 5 Agustus 2024   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan Kreatifitas Permainan anak PAUD 

Siswa siswi KB BAITUL MUHTADIN memasuki pembelajaran dengan menggunakan Alat Peraga Edukatif dari bahan bekas. Permainan menjadi elemen yang penting di sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD), Kelompok Bermain (KB) hingga Taman Kanak-Kanak (TK). Makanya setiap sekolah sudah seharusnya menyiapkan permainan edukatif untuk menjunjung kreativitas anak. "Untuk itu dibutuhkan tidak hanya metode pembelajaran yang tepat, namun juga alat-alat penunjang lainnya, seperti Alat Permainan Edukatif," Ungkap Irsya selaku mahasiswa KKN.

Permainan edukatif pun bentuknya beragam. Akan tetapi, anak sebaiknya jangan diberi permainan yang solitaire atau yang dimainkan sendiri. Perlu pendampingan agar anak tidak bosan, adanya kegiatan pembelajaran yang beragam dan dilakukan melalui cara yang sesuai untuk anak usia dini, yaitu melalui bermain. Bermain dan belajar mampu menumbuhkan motivasi intrinsik untuk belajar sehingga anak lebih bersemangat untuk beradaptasi dan mempelajari hal-hal baru. Di sisi lain, bermain juga termasuk upaya mengasah kemampuan pra-literasi dan pra-numerasi yang dapat dilakukan melalui kegiatan membaca buku bacaan kepada anak. Anak belajar bermain, melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberitahu caranya oleh orang lain (guru atau orangtua). Cara yang terakhir adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya dan anak akan mendapat keuntungan lebih banyak lagi. Jadi permainan yang baik adalah permainan yang ada cara/aturan bermainnya. 

Kegiatan pembelajaran harus bersifat kontekstual dan bermakna bagi anak. Kegiatan pembelajaran perlu dikaitkan dengan pengalaman anak, serta meningkatkan kompetensi dirinya untuk dapat berperan dalam kegiatan mereka sehari-hari. Materi pembelajaran pun perlu dibuat selaras dengan nilai sosial budaya lingkungan agar menumbuhkan kesadaran bagi anak bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungannya. Membangun interaksi positif antara pendidik dengan sang anak, tidak terjadi hukuman fisik, dan komunikasi yang kasar terhadap anak. Seperti yang kita ketahui bersama, pembelajaran satu arah dan dilakukan dengan metode drilling bukanlah pembelajaran berkualitas karena berpotensi menimbulkan dampak negatif pada anak. Dengan demikian, pengajar tidak boleh memaksakan kehendak sendiri dalam proses pembelajaran, tetapi harus disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing anak.

Berbeda dengan jenjang pendidikan lain, ekosistem satuan PAUD bersifat terbuka karena sudah sejak lama disadari bahwa anak usia dini memerlukan layanan di luar pendidikan (holistik) agar dapat bertumbuh kembang secara utuh. Maka pemenuhan kebutuhannya pun memerlukan kemitraan lintas unit (integratif). Kewajiban utama dari satuan PAUD yang diampu oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas. 

Namun lebih jauh, satuan PAUD juga dapat menjadi wadah pemberian layanan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak, termasuk kesehatan dan gizi, serta pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan esensial yang perlu didukung oleh kementerian/lembaga pemerintah lainnya seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan lain-lain, sesuai amanat Perpres No. 60 tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUDHI). untuk mencapai kondisi-kondisi ideal di atas, satuan PAUD berkualitas mendorong kemitraan trisentra pendidikan melalui serangkaian komunikasi dan kegiatan yang bertujuan untuk menjalin pemahaman bahwa seluruh pihak di dalam satuan PAUD (pendidik, pengelola, orang tua/wali, anak, dan pemangku kepentingan lain) adalah satu kesatuan ekosistem (whole-school approach) yang memiliki dan mendukung visi-misi satuan (salah satunya untuk menguatkan jati diri anak sebagai bagian dari lingkungannya).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline