Lihat ke Halaman Asli

Webinar Kesetaraan Gender: Belenggu Budaya Patriarki Terhadap Kesetaraan Gender di Indonesia

Diperbarui: 14 Agustus 2022   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sragen, 14 juli 2022 -- Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang kelompok 42, mengadakan webinar kesetaraan gender dengan tema "Belenggu Budaya Patriarki Terhadap Kesetaraan Gender di Indonesia". Narasumber dalam webinar ini adalah Kak Luq Yana Chaerunnisa, S.pd, seorang mahasiswi magister PGMI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Webinar ini dilakukan secara online melalui Zoom Meeting.

Webinar ini diawali dengan sambutan oleh Dosen Pembimbing Lapangan yaitu Ibu Baqiyatus Sholihah, S. Th.I., M.Si dan dilanjut sambutan oleh Koordinator kelompok 42 KKN UIN Walisongo Semarang yaitu Abdullah Burhan Arifin. Tujuan dari webinar ini adalah untuk memberikan suatu pemahaman tentang patriarki dan kesetaraan gender di Indonesia. Kak Luq Yana menjelaskan patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran diberbagai aspek kehidupan. Dominasi laki-laki dapat ditemui diranah keluarga, komunitas, masyarakat, dan pemerintahan.

Contoh budaya patriarki didalam lingkungan keluarga yaitu terdapat perbedaan pembagian tugas di rumah. Jika melihat sejarahnya memang peran perempuan sejak dahulu lebih dominan pada pekerjaan domestik sedangkan laki-laki lah yang keluar rumah mencari pundi-pundi uang. Hal ini merupakan hal yang wajar jika memang ada pembagian tugas yang disepakati. Namun dalam prakteknya banyak perempuan yang dituntut bekerja untuk menambah penghasilan suami sembari menanggung beban pekerjaan rumah. Namun bagaimanapun juga, hal ini tidak berarti laki-laki tidak perlu memiliki kemampuan dalam melakukan pekerjaan domestik.

Dengan adanya belenggu patriarki, timbul beberapa masalah sosial seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kasus pelecehan seksual, angka pernikahan dini, dan stigma mengenai perceraian.

Setelah kak Luq Yana menjelaskan beberapa hal mengenai belenggu patriarki dan kesetaraan gender, dibuka sesi tanya jawab. Terdapat beberapa pertanyaan, salah satunya pertanyaan yang diajukan oleh deastuti yang menanyakan bagaimana cara menghilangkan perspektif atau pandangan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, dan langsung dijawab oleh Kak Luq Yana, "balik ke diri masing-masing dahulu, dimulai dari diri sendiri, mengubah mindset kalau perempuan itu boleh sekolah setinggi-tingginya dan berupaya mendukung kesetaraan gender."

Moderator menyimpulkan dari webinar ini adalah masalah sosial yang ditimbulkan akibat adanya belenggu patriarki ini harus segera diatasi dan juga kita harus mendukung kesetaraan gender baik itu di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan pemerintahan. Diakhir webinar, Kak Luq Yana memberikan sebuah quotes yaitu "jadilah manusia yang berdaya bukan manusia yang diperdayakan."

Penulis : Layun Zizana Agathis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline