Lihat ke Halaman Asli

Peran Guru Ngaji di Masa New Normal

Diperbarui: 3 Maret 2022   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Desa Pagerwojo merupakan salah satu desa di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Salah satu yang menjadi perhatian yaitu dusun mlaten, karena dalam bidang keagamaan  tidak seperti di dusun Tegal Gunung dan dusun Gedik yang sudah membentuk bangunan gedung TPQ untuk mengaji. 

Walaupun tempat belajar mengaji belum memadai. Tetapi, semangat dari anak-anak disana bisa diakui. Karena biasanya anak-anak masih suka menonton televise pada waktu maghrib, sehingga kebiasaan mengaji setelah shalat maghrib iyu seringkali dikalahkan oleh televisi. Oleh karena itu, mengaji maghrib dimaksudkan untuk menghidupkan kebiasaan mengaji Al-Quran sesudah shalat maghrib.

Mengaji merupakan salah satu aktivitas ibadah yang sangat lekat dengan masyarakat muslim di Indonesia Sejak mula berkembangnya islam. Sejumlah rumah ibadah seperti surau, Mushalla, langgar, mesjid dan lain-lain Senantiasa diramaikan dengan kegiatan mengaji, khususnya di waktu sore usai shalat asar maupun ba'da maghrib. Bagi Kaum muslim di Indonesia mengaji tak Ubahnya menjadi lembaga pendidikan Keagamaan non formal bagi semua anak Didik.

Dalam pembelajaran mengaji di dusun Mlaten, yang menjadi prioritas yaitu cara membaca Al-Quran berdasarkan kaidah-kaidah yang benar. Seperti mempelajari Ilmu Tajdwid, Makhorijul khuruf yang tepat, memahami isi isi kandungan dalam Al-Qur'an. Dalam program ini mengajak anak-anak disana bisa mengamalkan isi kandungan Al-Quran.

Banyak manfaat dalam mengaji maghrib yaitu terjadinya komunikasi antara anak dan orang tua, sehingga dapat berbagi ilmu agama, seperti akhlak dan budi pekerti. Dan juga, dapat menghindari diri dari kegiatan-kegiatan seperti penyimpangan perilaku, penggunaan obat-obat terlarang, kenakalan remaja dan pengaruh lingkungan lainnya.

Seperti kebanyakan guru ngaji, para santri memiliki tradisi khusus. Misalnya, sebelum mengaji memlantukan Asmaul husna. Setelah itu, membaca Al-Quran dengan tartil kemudian dibetukan secara makhorijul khuruf dan tadwid. ketika sudah naik dari Juz Amma ke Al-Quran dan Khatam Al-Quran, biasanya mereka melakukan acara syukuran dengan menyembelih ayam dan membuat tumpengan. Hidangan itu disiapkan untuk dimakan bersama-sama.  

Dalam situaisi ini, kehadiran seorang guru ngaji perlu menjadi pertimbangan prioritas. Seorang guru yang notabene mengajar tanpa pamrih, tidak ada iuran wajib tiap bulan. Bahkan tanpa disadari, itu bisa menjadi pelengkap dalam pendidikan keagamaan disekolah formal, sehingga tak dimungkiri jika guru ngaji sangat membantu. 

Guru ngaji tak sekadar mengajar keislaman keislaman seperti huruf hijaiyah hingga Al-Quran, melainkan juga sebagai contoh teladan di kampung. Guru ngaji turut menjaga dan sangat ampuh untuk dijadikan sumber belajar bagi anak-anak terutama mata pelajaran pendidikan agama dimasa new normal. Kebanyakan diantara mereka justru disibukkan dengan gadget. Efek malas mengaji itu, tak sedikit pula yang tak bisa membaca Al-Quran apalagi menjalankan Shalat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline