Jum'at, 24 Juni 2022 - Mahasiswa KKN MIT DR-14 Kelompok 16 Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang melaksanakan ziarah bersama di makam masyayih desa Tuwel kecamatan Bojong kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah yaitu Mbah Rindik nama aslinya Abdul Hamid yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat dan beliau masih keturunan dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Beliau dikenal dengan sebutan Mbah Rindik karena beliau dalam berjalan "indik-indik" dalam arti bahasa jawanya adalah berjalan dengan pelan-pelan.
Awalnya Adipati I Tegal yaitu Raden Sebayu (sekarang dimakamkan di Donowarih Balapulang) memberi kabupaten Tegal, diambil dari kata TEGALAN yang artinya "Sawah Tadah Hujan," maka agar untuk bisa terpenuhi pengairannya, Raden Sebayu mengutus 3 orang, yaitu:
1. Mbah Rindik (Tuwel, Bojong) untuk membuat pengairan di daerah kabupaten Tegal bagian tengah sampai timur.
2. Mbah Siketi (Dukuh Benda) membuat pengairan di derah Tegal bagian barat.
3. Mbah Masyakerti (Bumijawa) membuat pengairan di daerah Tegal bagian barat.
Sebelumnya beliau (Mbah Rindik) sebagai laskar I tentara kerajaan Mataram yang sudah jenuh dengan kehidupannya sehingga beliau pindah ke Tegal tepatnya di belantara hutan sebelah utara lereng Gunung Slamet, dimana di tempat tersebut terkenal angker yang dihuni oleh makhluk-makhluk halus (ghaib), yaitu:
1. Ular besar yang mempunyai nama Kliwon.
2. Harimau yang berwarna putih.
3. Banas Pati adalah makhluk halus berbentuk api.
Untuk menundukkan makhluk-makhluk tersebut, Mbah Rindik meminta petunjuk Allah SWT dengan jalan bertapa di sebuah Batu Sakti. Konon dinamakan Bati Sakti karena Batu Sakti tersebut sebelum menetap di Tuwel berpindah-pindah dari desa satu ke desa lainnya. Atas inayah Allah SWT akhirnya Mbah Rindik bisa menundukkan makhluk-makhluk penjaga hutan tersebut dan membuka perkampungan yang dinamakan desa Tuwel. Kata Tuwel berasal dari bahasa Arab "Thowilun" yang artinya panjang/tinggi. Karena jasa dan amal Mbah Rindik maka kabupaten Tegal tercukupi kebutuhan airnya sampai sekarang, khususnya di sekitar pertanian yang berada di kabupaten ini.
Kegiatan ziarah dilaksanakan 1 kali dalam seminggu. Selain untuk mengenal sejarah desa Tuwel, kegiatan ziarah ini sekaligus memanjatkan doa bersama kepada leluhur desa Tuwel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H