Lihat ke Halaman Asli

Ekofeminisme: Relasi Perempuan dan Alam

Diperbarui: 12 Agustus 2022   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Manusia merupakan makhluk yang tidak dapat hidup tanpa makhluk lainnya serta lingkungan yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Di Indonesia, permasalahan lingkungan masih sangat penting untuk dipecahkan masalahnya. Alam sendiri digambarkan lebih dekat dengan perempuan di bandingkan dengan laki-laki. 

Ekofeminisme sendiri terlahir dari kepedulian dan  keresahan perempuan terhadap alam yang mengalami kerusakan. Kelompok ekofeminisme ingin hidup jauh dari krisis lingkungan, namun dalam hal ini perempuan harus mempunyai porsi yang sama dengan laki-laki. Kelompok ini juga mnegajarkan bahwa perempuan mempunyai peran penting tersendiri ddengan alam.

Banyak kasus perlawanan demi menuntut keadilan terhadap alam yang rusak bahkan nyawa menjadi taruhannya. Misalnya kasus waduk wadas dan penolakan pabrik semen di Kendeng. Kasus Waduk wadas ini menolah adanya bendungan yang dimana masyarakat merasa bahwa dengan adanya waduk tersebut akan merusak alam, bahan alam yang akan menjadi korban waduk wadas yaitu batu-batuan andesit. 

Selain itu, aksi kendeng dilakukan oleh perempuan  Kendeng di Depan Istana Negara dengan bentuk aksi pengecoran kaki sebagai simbol bahwa pabrik semen mengganggu keberlangsungan hidup masyarakat Kendeng dengan alam.

Dari kasus yang terjadi diatas, maka kita dapat memahami bagaimana kekhawatiran perempuan jika alam mereka rusak karena pembangunan tersebut. 

Keberadaan alam dengan perempuan sangatlah dekat dengan berbagai bahan alam yang dapat dimanfaatkan oleh perempuan, misalnya penggunaan air sebagai kebutuhan rumah tangga, jika air yang di gunakan tercemar dan tidak bersih maka perempuan akan merasa resah karena tidak dapat memenuhi kebutuhan anak dan suaminya. Air sendiri banyak di gunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti diminun, mandi, mencuci, dan lainnya. 

Contoh lainnya, memanfaatkan bahan alam sebagai lauk untuk makan, seperti sayur, ikan, dan padi. Jika bahan alam tersebut tidak dapat di temukan maka perempuan merupakan kelompok pertama yang rentan dan merasakan dampak adanya alam yang mengalami kerusakan.

oleh: Rusmiati




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline