Lihat ke Halaman Asli

KKNMB_Posko 59

Mahasiswa-UIN Walisongo Semarang

Guna Memetakan UMKM, Mahasiswa KKN MB Posko 59 Laksanakan Observasi di Pekerja UMKM Desa Harjowinangun Timur

Diperbarui: 12 Juli 2024   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi KKN MB Posko 59

Batang, 12 Juli 2024 -- Sebagai salah satu program kerja KKN MB Posko 59, mahasiswa melakukan observasi dan pendataan di tiga dusun yang ada di Desa Harjowinangun Timur. Pendataan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak produk UMKM di Desa Harjowinangun Timur.

Mahasiswa yang berjumlah 15 orang dibagi menjadi tiga kelompok dan masing-masing kelompok mendatangi tiga dusun yang ada di Desa Harjowinangun Timur, yaitu Dusun Pakin, Dusun Bengkal, dan Dusun Bubakan Haji. Setiap kelompok melakukan observasi terkait proses pembuatan, hasil produksi, dan kendala selama produksi.

Dokumentasi KKNMB Posko 59

Berdasarkan hasil observasi, data yang dihasilkan adalah sebagian besar warga menjadi buruh produksi emping melinjo. Menurut salah satu narasumber, Ibu Turati, dalam memproduksi emping melinjo dari kebunnya sendiri, beliau dapat menghasilkan 10 kg melinjo mentah yang kemudian diolah menjadi emping kisaran 5 kg-6kg dengan harga Rp. 57.500/kg. Selama satu tahun usahanya, beliau belum mimiliki brand dari emping yang diproduksi, beliau lebih memilih menjualnya ke Limpung dalam tiga hari sekali.

Narasumber lain, Ibu Juminah, beliau menjadi buruh dari bos emping yang ada di Limpung. 200 kg emping senilai Rp. 200.000. Beliau biasa membeli melinjo dari Banten yang kemudian diolah menjadi emping melinjo dan kembali dijual ke Banten atau Limpung.

Dokumentasi KKN MB Posko 59

Menurut kedua narasumber tersebut, selama proses produksi tidak ada kendala, karena menurut mereka mengolah melinjo menjadi emping sudah menjadi usaha sehari-hari. Dalam persaingan pasar tentu ada karena banyak warga yang memproduksi emping, namun banyaknya jumlah peminat membuat persaingan itu tidak terlalu ketat.

Selain produksi emping, terdapat usaha budidaya jamur tiram yang dijalankan oleh Bapak Rian, usaha ini sudah dijalani dari tahun 2017. Bahan dasar pembuatan jamur diantaranya grajen kayu sengon, dedak, kapur pertanian (dolomit), dan bibit jamur. Jamur dapat dipanen ketika sudah berusia 4-5 bulan. Dalam sekali panen dapat menghasilkan 20 kg dengan harga Rp. 18.000/kg. kendala dari budidaya jamur ini adalah susahnya mendapatkan grajen karena tempatnya yang berada di sekitar daerah Limpung. Usaha budi daya jamur tiram sudah bisa diakses melalui facebook dan google maps.

Dokumentasi KKN MB Posko 59

Kemudian ada usaha pembuatan snack yang dijalankan oleh Ibu Fela dan Ibu Siti. Usaha ini memproduksi jajanan tradisional, seperti klepon, risol, putu ayu, dan sebagainya. Usaha ini menerima pesanan untuk berbagai acara. Penghassilan dari usaha ini dikatakan tidak menentu, tergantung banyaknya jumlah pesanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline