Lihat ke Halaman Asli

KKN MIT 18 Posko 59

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Haul Waliyullah Sunan Abinawa (Pangeran Benowo): Tradisi Syukur dan Silaturrahim di Kendal

Diperbarui: 11 Juli 2024   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi 

Desa Pekuncen, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah - Haul Sunan Abinawa, salah satu tradisi bersejarah di Kendal, Jawa Tengah, kembali digelar. Acara ini diadakan untuk menghormati Sunan Abinawa, salah satu tokoh penyebar agama Islam di Kendal, yang telah meninggal ratusan tahun yang lalu. Sebagai wujud rasa terima kasih atas jasanya yang besar dalam menyebarkan agama Islam dan membangun Kabupaten Kendal, ribuan masyarakat dari berbagai wilayah di Kabupaten Kendal dan sekitarnya Kamis (11/7) menghadiri Haul Pangeran Abinawa di Desa Pekuncen, Kecamatan Pegandon.

 Hadir pada kesempatan tersebut, PJ Sekda Sugiono mewakili Bupati Kendal Dico M Ganinduto. Acara haul tersebut berlangsung di halaman masjid Sunan Abinawa yang menghadirkan pembicara Bapak K. H. Khadlor Ihsan Pengasuh PONPES AL ISLAKH dari Mangkang, Semarang.

Bupati Kendal dalam sambutan tertulis yang dibacakan PJ Sekda Sugiono mengapresiasi terhadap kegiatan haul Sunan Abinawa.

"Dengan peringatan ini, kita dapat mencontoh kebaikan Sunan Abinawa yang telah menyebarkan agama Islam di Kabupaten Kendal. Semoga perjuangan beliau dapat kita jaga selalu".

Haul ini merupakan tradisi positif yang patut dilestarikan. Kegiatan tersebut diisi dengan tahlil, doa bersama dan dilanjutkan dengan mendengarkan ceramah agama.

Terdapat salah satu peninggalan Sunan Abinawa yang hingga saat ini masih terjaga, yakni sumur berbentuk gentong yang diberi nama Nyai Kong. Air dari sumur ini dipercaya memiliki khasiat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan digunakan untuk menyiram tanaman agar subur dan hasil panen melimpah. Air tersebut memiliki rasa yang segar dan bisa langsung diminum.

Pada acara haul terdapat penjaga yang bertugas menjaga Gentong Nyai Kong, agar peziarah yang akan mengambil air tidak berebut.

Selain itu, juga terdapat tradisi Nasi Anggi Haul Sunan Abinawa. Ribuan warga dari sejumlah daerah rela berdesakan dan berebut nasi anggi atau nasi suro di bulan muharam, untuk mendapatkan berkah memasuki tahun baru Islam. Nasi bungkus disiapkan dan dibagikan setelah dibacakan doa oleh ulama setempat. Nasi anggi berisi nasi dengan lauk telur, mi goreng dan sambal. Untuk mengantisipasi terjadinya kericuhan, petugas keamanan telah digerakkan untuk membagi nasi anggi agar berjalan dengan lancar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline