Lihat ke Halaman Asli

kknmit18posko33

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Akulturasi Budaya dalam Menyambut Malam Satu Suro, Masyarakat Desa Wonosari Adakan Kegiatan Slametan

Diperbarui: 8 Juli 2024   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc. Syukuran Malam Satu Suro

Wonosari, 6/7/2024. Malam satu suro merupakan sebuah momen pergantian tahun dalam tradisi masyarakat jawa. Dalam kalender penanggalan Jawa diawali dengan bulan Suro, dalam penanggalan masehi malam satu suro jatuh pada tanggal 8 Juli 2024.

Masyarakat Jawa menjadikan bulan Suro menjadi sebuah bulan yang sakral dan keramat, tak jarang masyarakat jawa menghindari aktivitas yang bertentangan dengan bulan suro atau biasa disebut dengan pantangan. Masyarakat Jawa mempercayai dalam bulan Suro agar selalu berhati-hati dalam melakukan segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Suro berasal dari kata "Asyura" yang dalam Bahasa Arab memiliki arti "Sepuluh". Hal tersebut dikarenakan Asyura merupakan hari ke sepuluh dalam bulan Muharram dan istilah Suro menjadi populer di kalangan masyarakat Jawa. Malam satu Suro menjadi akulturasi antara ajaran agama Islam dengan budaya tradisi jawa yang mulai dipopulerkan di kalangan Walisongo sebagai  penyebar ajaran agama Islam di pulau Jawa. Akulturai budaya menjadi peran penting dalam pesatnya penyebaran agama islam di pulau jawa.

Salah satu tradisi dalam menyambut malam satu Suro adalah dengan mengadakan kegiatan Slametan. Kegiatan slametan menyambut malam satu Suro sudah menjadi bagian dari tradisi yang tidak dapat dilepaskan oleh masyarakat Desa Wonosari, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal.

Slametan bertujuan untuk menyampaikan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Slametan dalam pelaksanaannya yakni dengan mengadakan doa bersama, mujahadah, dan mengadakan sedekah bumi sebagai simbol ungkapan rasa syukur.

Bapak Mukhlasin selaku ketua RT 01 RW 01 Desa Wonosari, menuturkan bahwasannya kegiatan tradisi slametan di wilayahnya sudah menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya dan akan terus dilestarikan agar tetap terjaga.

"Slametan ini sudah kami laksanakan secara turun temurun di desa dan akan kami lestarikan agar generasi di masa mendatang tidak melupakan tradisi tersebut."

Masyarakat Desa Wonosari begitu antusias dengan adanya kegiatan slametan tersebut. Acara slametan dilaksanakan setelah selesai sholat isya bertempat di sepanjang jalan Desa Wonosari yang dimulai dengan sambutan, kemudian dilanjutkan pembacaan doa oleh tokoh masyarakat setempat kemudian diakhiri dengan makan bersama.

 "Masyarakat kami begitu antusias dalam menyambut malam satu suro, mulai dari anak-anak hingga lansia turut andil bagian dalam acara slametan malam ini."

Dukungan dari pemerintah desa terus mengalir demi lestari nya tradisi di wilayah desa Wonosari dan dengan demikian agar tradisi  slametan dapat lestari dan tidak tergerus oleh gempuran zaman.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline