Lihat ke Halaman Asli

KKN MDB UIN SATU TULUNGAGUNG

KKN Membangun Desa Berkelanjutan UIN SATU Tulungagung

Suasana Hari Raya Kupat di Desa Jajar

Diperbarui: 11 Mei 2022   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo By: Aini

Bertepatan pada tanggal 8 Syawal 1443 H KKN Membangun Desa Berkelanjutan mengikuti acara di Desa jajar kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Acara ini merupakan tradisi setiap satu tahun sekali yang menjadi pengiring dari Hari Raya Idul Fitri. Hal ini menandakan pekan pertama di bulan Syawal.  Acara ini biasanya disebut dengan bodho kupatan atau Hari Raya Kupat.

Pelaksanaan acara di mushola baitul mukminin yang berada di belakang posko putri. Acara diikuti oleh masyarakat sekitar area mushola. Pelaksanaan acara ini dimulai tepat pukul 6 pagi. Diawali dengan amalan salat sunnah secara berjamaah. Salah satu diantaranya salat sunnah israf. Salat israf dilaksanakan 2 rakaat. Salat israf memiliki pengertian yakni menjelang terbitnya matahari, maka dari itu pelaksanaan salat sunnah ini pada saat fajar. Setelah salat sunnah, acara dilanjutkan dengan berdzikir dan mendengu sedikit tausiyah dari pengurus takmir mushola.

Dalam tausiyahnya, takmir mushola menjelaskan amalan salat sunnah apabila dilaksanakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dilakukan maka tidak akan mendapatkan dosa. Bukan berarti suatu amalan yang hukumnya sunnah itu menjadi disepelekan. Beliau juga menjelaskan, justru pelaksanaan amalan sunnah memiliki fadhilah yang besar.

img20220509063410-627b302a79016908843b0cb4.jpg

Photo By: Aini 

Rangkaian acara yang terakhir yakni kupatan. Kupat yang memiliki arti kulo nyuwun lepat. Bahan pembungkus kupat yang terbuat dari janur berasa dari kata bahasa arab ja'a nur yang berarti datangnya penerang. Dahulu masyarakat yang membawa kupat dan sayur lodeh merupakan masyarakat yang melaksanakan puasa syawalan. Namun, sekarang sudah semakin menipisnya keberadaan sesepuh maupun yang melaksanakan puasa syawalan, pembagian bawa kupat menjadi keseluruhan masyarakat yang hadir di acara tersebut. 

Acara bodho kupatan berlangsung dengan suka cita. Masyarakat melingkar di tengah halaman mushola dan saling membagikan kupat dan sayur lodehnya secara bergilir. Setelah acara mereka makan kupat secara bersama-sama. Lemparan canda tawa sesekali menggelitik dan mencairkan suasana. Dengan adanya tradisi acara seperti ini bisa menjadi kesempatan yang baik untuk dapat berkcengkrama dengan masyarakat sekitar. Itu juga berarti mempererat tali silaturahim.

Penulis : Aini

Editor    : Fadila 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline