Malam 1 Muharram atau disebut juga dengan Malam Tahun Baru Islam mempunyai makna spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Di desa Boja kec. Tersono , Kab. Batang. malam ini dirayakan dengan tradisi Tirakat yang telah dilakukan masyarakat setempat secara turun-temurun. Kegiatan Tradisi ini tidak hanya menjadi momen refleksi spiritual, namun juga mempererat hubungan sosial antar warga desa.
Tirakat di malam 1 muharram tidak hanya sekedar ritual semata, melainkan juga sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar warga. Dalam suasana yang khidmat, warga desa berkumpul di jalan lebih tepatnya diadakan di RT 01 /RW 01 Gumuk pedukuhan, acara ini selalu diadakan setelah magrib, dan diikuti oleh 20 kartu keluarga.
Acara di isi doa awal tahun dan akhir tahun. Di isi mauidlhoh / wejangan dari sesepuh. acara ini menjadi waktu untuk instropeksi , memohon ampunan , dan meminta petujuk serta keberkahan dalam menyambut tahun baru islam. Momen ini digunakan untuk merenungkan perjalanan hidup selama setahun terakhir dan merencanakan perbaikan di tahun mendatang.
"Tirakat sudah dilakukan secara turun temurun selama 10 tahun pencetusnya Alm. H. Wahyudin dan dilestarikan oleh Bapak H. Triyono sebagai penerus budaya tirakat di Desa Boja dan sebagai pemimpin acara, setiap tahun baru islam , dan mayoritas masyarakat di Desa Boja beragama Islam budaya Tirakat sendiri dilakukan setiap ba'da maghrib . Hidangannya selalu khas nasi megono." Jelas Bapak Tabi'in selaku warga Desa Boja, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang. (Sabtu,6/07/2024)
Kegiatan ini melestarikan nilai -- nilai yang melekat pada masyarakat jawa yaitu gotong royong, kebersamaan dan kekeluargaan. Tirakatan juga menjadi momen untuk mengenang jasa para pahlawan dan leluhur yang memberikan pengaruh terhadap desa tersebut agar generasi muda belajar menghargai sejarah dan budayanya.
Salah satu ciri khas yang membuat tradisi ini semakin Istimewa adalah keberadaan nasi megono, hidangan khas yang selalu menemani malam tirakat. Nasi megono merupakan salah satu kuliner khas yang berasal dari kota tetangga yaitu daerah Pekalongan Jawa Tengah.
Hidangan ini terkenal dengan cita rasanya yang gurih dan aroma rempah yang khas. Nasi megono biasanya disajikan dalam keadaan hangat, mengono ditaruh diatas nasi putih dan sering kali ditambahkan dengan lauk pendamping seperti gimbal,gimbal sendiri adalah olahan tepung yang dicampur ikan asin , tempe goreng , tahu goreng , atau ayam goreng. Kombinasi ini menciptakan hidangan yang sederhana namun kaya rasa, mencerminkan filosofi hidup masyarkat setempat yang mengutamakan kebersamaan dan kesederhanaaan.Kesimpulan Tirakat sudah dilakukan secara turun temurun selama 10 tahun pencetusnya Alm. H. Wahyudin dan dilestarikan oleh Bapak H. Triyono sebagai penerus budaya tirakat di Desa Boja dan sebagai pemimpin acara. Tirakat di malam 1 muharram tidak hanya sekedar ritual semata, melainkan juga sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar warga .
Warga Desa Boja berkumpul di jalan lebih tepatnya diadakan di RT 01 /RW 01 Gumuk pedukuhan, acara ini selalu diadakan habis Ba'da Magrib dan diikuti oleh 20 kartu keluarga. Acara di isi doa awal tahun dan akhir tahun, Di isi mauidlhoh / wejangan dari sesepuh. Hidangan selalu makanan Khas nasi megono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H