Lihat ke Halaman Asli

KKN MBKM MD Desa Wonokerso

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Tingkatkan Pengetahuan Ibu melalui Sosialisasi dan Pendampingan Manajemen MP-ASI dan ASI Eksklusif sebagai Bentuk Pencegahan Stunting di Desa Wonokerso

Diperbarui: 10 Desember 2022   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Permasalahan stunting di Indonesia masih menjadi masalah yang serius dan harus segera ditangani. Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan dengan ketidak sesuaian kebutuhan gizi yang diperlukan. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,7%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekitar satu dari empat anak balita atau lebih dari delapan juta anak di Indonesia mengalami stunting.

Pemenuhan gizi di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak merupakan cara tepat untuk mencegah stunting. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada anak, sehingga hal tersebut disebut sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan periode emas yaitu dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai pada bayi untuk tumbuh kembang yang optimal. Dalam masa ini, ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pada bayi.

Pengetahuan ibu memiliki pengaruh kepada pola pikir dan tingkat kepedulian untuk memberikan asupan makan yang tepat pada anaknya. Para ibu dapat mengontrol asupan gizi anak sejak dalam kandungan sampai usia 24 bulan atau 2 tahun. Pemberian Asi Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan stunting. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.

Rendahnya kesadaran serta pengetahuan ibu bayi dalam memberikan Asi Eksklusif dan kurangnya pengetahuan masyarakat Desa Wonokerso terkait makanan dengan gizi seimbang menjadi masalah yang serius dan harus segera ditanggulangi. Berdasarkan masalah tersebut, maka kesadaran ibu bayi dalam pemberian Asi Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) kepada anak akan menjadi prioritas dalam program kerja KKN MBKM Membangun Desa, Universitas Negeri Malang.

Dokumentasi pribadi

Mahasiswa KKN MBKM Membangun Desa, Universitas Negeri Malang melaksanakan program kerja Sosialisasi Manajemen MP-ASI dan Asi Eksklusif dengan sasaran ibu bayi di Posyandu Balita Teratai 2 yang terletak di halaman rumah Bapak Kepala Desa Wonokerso. Dalam kegiatan ini, kami menggandeng kader posyandu Teratai 2 untuk bekerja sama menyukseskan kegiatan sosialisasi ini. Ibu Damanyati, Ketua Kader Posyandu Teratai 2 mengungkapkan, "Saya sangat berterima kasih karena dengan adanya sosialisasi ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan para ibu di Desa Wonokerso dalam memperhatikan status gizi bayi dengan memberikan MP-ASI dan Asi Eksklusif".

Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2022 dan berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan metode ceramah dan memanfaatkan media visual cetak sebagai pendukung. Selain pemaparan materi, kami juga melakukan demo atau praktek dalam pengolahan MP-ASI yang baik dan benar sesuai dengan pola dan anjuran dalam pemberian MP-ASI. Setelah sosialisasi dilaksanakan, dilakukan pendampingan pada ibu bayi dalam proses pengolahan hingga MP-ASI siap dihidangkan dengan bentuk, kandungan, dan tekstur yang sesuai pada anjuran saat sosialisasi diberikan.

Kegiatan Sosialisasi dan Pendampingan Manajemen MP-ASI dan Asi Eksklusif memiliki tujuan untuk membantu meningkatkan pengetahuan serta kesadaran para ibu dalam memperhatikan status gizi pada bayi dengan memberikan MP-ASI. Selain itu, hal tersebut juga merupakan salah satu upaya kami dalam mengurangi angka stunting yang ada di Desa Wonokerso. Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi dan Pendampingan Manajemen MP-ASI dan Asi Eksklusif juga menjadi salah satu bentuk implementasi dalam memenuhi Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mengurangi angka stunting yang tercantum pada tujuan poin 2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030, serta mencapai ketahanan pangan. Selain itu, juga sebagai bentuk implementasi poin 3 yaitu Good Health and Well Being atau menjamin kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua. Dengan memperhatikan status gizi pada anak dapat membantu untuk menghasilkan generasi emas sebagai Agent of Change di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline