Lihat ke Halaman Asli

KKN MB 2024 POSKO 52

UIN Walisongo Semarang

Pengenalan Permainan Tradisional pada Anak-Anak RW 25 Kelurahan Muktiharjo Kidul

Diperbarui: 25 Juli 2024   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokumen pribadi)

Pada hari Jumat pukul 16.00-17.00 WIB di balai RT 11 RW 25 Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang diadakan kegiatan bermain-belajar oleh Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang Posko 52. Kegiatan tersebut dinamakan "Omah Sinau". Salah satu materi yang disampaikan oleh Cinta, seorang mahasiswi KKN UIN Walisongo Semarang posko 52, ialah mengenalkan permainan tradisional.

Materi ini perlu disampaikan mengingat kini anak-anak hidup di era digital yang terus berkembang. Era serba digital ini membuat anak-anak terlena dengan permainan modern dan lebih cakap memainkannya ketimbang permainan tradisional.

Memang pada kenyataannya, berdasarkan survey yang dilakukan pada 19 anak di RW 25, mereka mengetahui apa itu permainan tradisional serta macam-macamnya. Tetapi sungguh disayangkan, sedikit sekali bahkan tidak ada anak-anak yang memainkan permainan tradisional di lingkungan rumah mereka.

Permainan tradisional adalah suatu permainan khas daerah tertentu yang memiliki banyak nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Terkadang, pencipta dan daerah asal dari suatu permainan tradisional tidak diketahui asalnya. Tidak seperti permainan modern yang membutuhkan peralatan canggih untuk memainkannya, peralatan yang digunakan untuk memainkan permainan tradisional cukup dengan benda-benda yang ada di sekitar kita, bahkan ada permainan tradisional yang tidak membutuhkan peralatan sama sekali.

Permainan tradisional yang diperkenalkan kepada anak-anak RW 25 Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang diantaranya Domikado, Cublak-Cublak Suweng, dan Ular Naga Panjang. Alasan pemilihan dari 3 permainan tersebut dikarenakan tidak membutuhkan peralatan yang banyak, cukup kelereng untuk permainan Cublak-Cublak Suweng, sementara Domikado dan Ular Naga Panjang tidak membutuhkan peralatan sama sekali.

Kegiatan pengenalan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap pengenalan dan tahap bermain-pendampingan. Pada tahap pengenalan, materi yang disampaikan yaitu pengertian permainan tradisional, contoh permainan tradisional beserta penyebutan asalnya, dan memberitahukan langkah-langkah memainkannya. Pada tahap bermain-pendampingan, setelah anak-anak mengetahui langkah-langkah memainkan permainan tersebut, anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok bermain yang tiap kelompoknya ditemani oleh mahasiswa KKN untuk mendampingi kegiatan berlangsung. Kegiatan pendampingan ini dilakukan untuk membantu anak yang masih belum paham cara memainkan suatu permainan yang telah dijelaskan.

"Gimana permainannya adik-adik? Seru nggak?" tanya Cinta pada 20 anak yang hadir pada kegiatan tersebut.

"Seru!" jawab anak-anak dengan kompak. "Kak Cinta! Besok kita main ini lagi ya," ujar Inara, salah satu anak yang ikut bermain bersama.

"Oke! Nanti kita main bareng bersama teman-teman ya!" jawab Cinta.

Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dia ketahui sampai pada yang dia ketahui dan dari yang tidak dapat diperbuatnya, sampai mampu melakukannya. Aktivitas bermain dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dan dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa. Dengan demikian bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam permainan tradisional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline