Lihat ke Halaman Asli

KKN MB 103

Mahasiswa KKN Moderasi Beragama Tahun 2024

Haul sebagai Warisan Budaya, KKN Posko 103 UIN Walisongo Turut Berpartisipasi dalam Acara Pengajian Umum Haul Auliya Sebutuh

Diperbarui: 8 Agustus 2024   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Desa Siwatu saat Menggelar Haul Auliya Sebutuh. (Foto : Tim Medinfo 103)

Batang - Pada (2/3/24) Haul Auliya Sebutuh yang rutin diselenggarakan di Dukuh Pompongan, Desa Siwatu, Batang berlangsung meriah dengan partisipasi dari KKN Posko 103 UIN Walisongo. Haul merupakan salah satu tradisi yang kental dalam budaya masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Bukan sekadar peringatan, Haul Auliya Sebutuh merupakan acara tahunan yang diselenggarakan untuk mengenang jasa para wali yang telah menyebarkan ajaran Islam di kawasan Sebutuh. Haul dilaksanakan di Dukuh Pompongan RT 17/05 Desa Siwatu, Wonotunggal, Batang, memperingati wafatnya Syeikh Hasan Assadili, Syekh Umar Hasyim, Syeikh Jambu Kuning, Sunan Katong.

Haul Auliya Sebutuh rutin dilaksanakan di Dukuh Pompongan, pada tahun ini merupakan haul yang ke-empat, acara ini dihadiri oleh ibu Kepala Desa Siwatu, perangkat desa siwatu, tokoh agama, tokoh masyarakat, masyarakat setempat serta para tamu undangan dari berbagai daerah. KKN Posko 103 UIN Walisongo, yang saat ini sedang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata di Desa Siwatu, turut berpartisipasi dalam kegiatan Haul. 

Acara dimulai dengan pembacaan yasin dan tahlil, kemudian dilanjutkan sambutan-sambutan. Salah satu sambutan dari Bapak Nur Hasan, S.Pd.I bahwa kita hidup di dunia hanya sementara, dan semua orang akan meninggal, adanya haul dapat mengingatkan kita bahwa kita semua akan pulang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah sambutan-sambutan kemudian dilanjutkan dengan sesi ceramah yang diisi dengan Kyai  Abdurrahman dari Selopajang-Blado, dalam ceramahnya beliau menyampaikan bahwa peringatan haul tidak hanya untuk memperingati wafatnya alim ulama, namun juga sebagai sarana mengingat kematian, menambah ketakwaan, dan mempererat tali silaturahmi antar sesama, ceramah berlangsung selama kurang lebih satu jam. Kemudian dilanjutkan dengan penutup dan makan bersama di tempat, dibagikan satu nampan besar yang berisi nasi, lauk, dan sayur, dimana setiap nampan diperuntukkan untuk 5 orang. Pembagian makanan menjadi tanda bahwa kegiatan telah sampai di penghujung acara.

Melalui Haul Auliya Sebutuh ini, kami mahasiswa KKN Posko 103 Desa Siwatu tidak hanya belajar tentang budaya lokal tetapi juga mempererat hubungan dengan masyarakat setempat. Kami berharap semua anak muda dapat terus berkontribusi dalam kegiatan-kegiatan serupa di masa mendatang, demi melestarikan tradisi dan mempererat tali silaturahmi antar generasi, memastikan bahwa warisan budaya seperti Haul akan terus hidup dan berkembang khususnya di Jawa Tengah.

Oleh : Tim Medinfo 103

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline