Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa KKN MIT Tematik ke-18 Posko 109 UIN Walisongo Semarang Kunjungi Industri Rumah Semprong Bu Hj Sunatun Desa Krajan Kulon

Diperbarui: 12 Juli 2024   04:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto bersama ibu Hj. Sunatun pemilik industri semprong/dokpri

Mahasiswa KKN MIT-18 Posko 109 UIN Walisongo Semarang melakukan Kunjungan Industri Semprong di Desa Krajan Kulon, Kaliwungu, Kendal. Kamis, (11/7/24)

Semprong adalah makanan kue kering yang berbentuk silinder panjang yang memiliki rasa khas manis dan gurih. Semprong ini terbuat dari bahan pokok seperti tepung terigu, gula pasir, panili, telor, susu bubuk dan margarin yang sudah dicairkan.

Usaha semprong ini diproduksi sejak tahun 2004 oleh pasangan suami istri, Bapak H. Sunardi dan Ibu Hj. Sunatun yang berada di Desa Krajan Kulon, Kaliwungu, Kendal. Setiba ditempat produksi industri semprong, mahasiswa melakukan praktek pembuatan semprong yang dibimbing oleh Bapak H. Sunardi dan Ibu Hj. Sunatun secara langsung. Mereka belajar mulai dari pembuatan adonan semprong sampai menjadi hasil akhir yang sudah siap dikonsumsi. 

Adapaun tujuan dari pelaksanaan kunjungan industri ini adalah turut serta dalam membangun jaringan dan pengembangan dengan pihak UMKM setempat, yang tentunya dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai kewirausahaan.

"Untuk membuat 1 resep semprong itu dengan mencampur telur, gula, susu bubuk dan panili kemudian mixer semua bahan tersebut sampai mengembang. Masukan tepung sedikit demi sedikit dan kocok hingga tercampur rata. Tuang margarin yang telah dicairkan dan aduk hingga merata. Kemudian panaskan cetakan dan cetak hingga adonan habis." ujar ibu Hj. Sunatun.

Penjualan usaha semprong milik H. Sunardi dan Hj. Sunatun didistribusikan di toko oleh-oleh terkenal, Bandeng Juana dan Wingko Babat yang ada di Semarang. Usaha ini baru didistribusikan di sekitaran Kabupaten Kendal, karena usaha semprong ini merupakan usaha tingkat menengah yang hanya toko oleh-oleh tertentu yang dapat memesannya. "Kemarin ada toko oleh-oleh Pekalongan yang minta tapi saya tolak karena mintanya dengan kemasan bal, sedangkan semprong sendiri harus memakai box karena rawan hancur" Ujar lagi ibu Hj. Sunatun.

Usaha semprong ini juga dapat menerima pesanan dari pembeli lewat chat Whatsapp dan dapat diantar. Dengan tanpa pengawet semprong ini dapat bertahan selama 4 bulan. Dan sudah bersetifikat halal. Harga perkilo semprong ini yaitu Rp.120.000, - dan memperoleh omset atau penghasilan sekitar Rp. 1.500.000,- perbulannya. "Alhamdulillah penghasilan dari semprong ini bisa untuk menafkahi dan menyekolahkan kelima anak saya bahkan bisa memberangkatkan saya dan suami pergi ke Baitullah. Kata bapak, gak usah mahal-mahal yang penting berkah" ujar bu Hj. Sunatun.

Oleh Ani Chintia




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline