Lihat ke Halaman Asli

KKNKARANGREJO012

MAHASISWA KKN KOLABORATIF UNEJ, UNMUH, UIJ,UDS, DAN UAS

Berprestasi Tapi Tidak Diapresiasi: Keluh Kesah Atlet Kick Boxing Desa Karanrejo

Diperbarui: 31 Juli 2023   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Desa Karangrejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember merupakan desa yang memiliki sumberdaya alam melimpah terutama pada bidang pertanian. maka dari itu sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Tetapi disisi lain, banyak pemuda Desa Karangrejo yang memiliki hobi di bidang silat dan Kick Boxing. 

Kick Boxing merupakan olahraga bela diri yang menggunakan tangan sebagai media menyerang.  Gerakan yang biasa digunakan ialah gabungan menendang dan meninju. Bela diri ini membutuhkan pelatihan fisik yang berat dan konsisten. Komunitas FFC Jember menjadi wadah untuk pemuda Desa Karangrejo berlatih. Pada komunitas tersebut total ada 7 atlet aktif kick boxing dan kurang lebih 15 atlet silat yang berusia sekitar 9-12 tahun.

Dokpri

Berawal dari hobi ternyata dapat mengantarkan para atlet Desa Karangrejo untuk berprestasi sampai ranah nasional. Menurut Pernyataan dari Mas Ilham selaku ketua komunitas FFC mengatakan bahwa para atlet kick boxing pernai meraih juara 2 Nasional dalam KEJURNAS Malang dan juara 2 dalam KEJURNAS Ngawi. Mas Ilham selaku ketua komunitas juga pernah mendampingi seni silat yang akhirnya mendapatkan juara 2 dan 3 pada perlombaan tingkat kecamatan.

Tetapi, dibalik prestasi yang sudah di dapatkan oleh para atlet desa Karangrejo terdapat keluh kesah yang dialami oleh para atlet. Atlet yang dinaungi komunitas tidak memiliki alat yang memadai untuk berlatih, sparing dan bertanding. Beberapa atlet hanya di support oleh dana pribadi kepala desa Karangrejo dan donatur dari beberapa pengusaha di sekitar wilayah Karangrejo.

Para atlet mengharapkan adanya keseriusan Pemerintah Kabupaten Jember untuk memberikan perhatian dan apresiasi terhadap atlet. "Atlet butuh banyak biaya alat, transportasi, amunisi, dan recovery pasca tanding" ucap mas ilham. "Kami para atlet tidak punya power yang kuat sehingga kami mengandalkan solidaritas para atlet dan donatur dari masyarakat setepat" sambungnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline