Lihat ke Halaman Asli

Terbang Bandhung: Seni Tradisional yang Bangkit dari Lupa, Kini Berkembang di Sanggar Cuci Otak

Diperbarui: 31 Agustus 2023   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri 

Dokpri

Pasuruan, 30 Agustus 2023 - Seni tradisional Terbang Bandhung, yang hampir terlupakan sejak zaman sebelum tahun 1950, akhirnya kembali bersemayam di panggung seni lokal. Asalnya berasal dari daerah Pasuruan, seni ini awalnya terinspirasi oleh Hadroh dan kemudian mengalami transformasi menjadi kelompok seni Ishari yang dipimpin oleh KH. Sholehhudin. Dari Ishari, Terbang Bandhung mengalami perubahan menjadi Terbang Ketapruk/Laru/Loro, yang dikenal sebagai "ular-ular keworo" dengan konsep pencarian pengetahuan.

Kisah hidup kembali Terbang Bandhung menjadi nyata berkat upaya mas Yunanto Adi Prasetyo, seorang seniman yang memiliki dedikasi tinggi dalam melestarikan dan menghidupkan kembali kesenian tradisional. Kini, Terbang Bandhung telah memulai latihan dan pengembangan di Sanggar Seni Cuci Otak. Mas Yunanto Adi Prasetyo, melalui usahanya, berhasil merespons tantangan untuk menghidupkan kembali seni tradisional ini, membawa Terbang Bandhung kembali ke arus kehidupan seni lokal.

Pada masa lalu, Terbang Bandhung menampilkan beragam elemen seni, termasuk tari, musik, dan drama, yang menyerupai pertunjukan ludruk. Drama yang sering dibawakan adalah "maru-maruan," mengangkat cerita tentang menikah dua kali atau poligami. Tari-tarian menjadi pembuka yang memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan awal kepada penonton, dimana pada masa lalu tarian tersebut dibawakan dengan apik oleh almarhum Pak Hanyoto. Musik yang mengiringi pertunjukan juga tidak hanya sebagai pengiring, namun memiliki tujuan spiritual, terutama dalam suasana sholawatan, dengan jenis musik yang memiliki nuansa meditatif.

Terbang Bandhung bukan hanya sekadar pertunjukan seni, melainkan juga merupakan wadah dakwah (pemberitaan agama) yang menyampaikan nilai-nilai positif melalui kesenian. 

Dengan semangat untuk melestarikan warisan budaya, Terbang Bandhung kini mengambil tempat di Sanggar Cuci Otak, menjadi wadah bagi anggota komunitasnya untuk terus menjaga dan meneruskan nilai-nilai tradisi serta pesan-pesan kebaikan kepada generasi mendatang. Kehadiran kembali Terbang Bandhung menjadi bukti bahwa kesenian tradisional memiliki daya hidup yang luar biasa, sekaligus menjembatani antara warisan budaya dan penyampaian pesan spiritual dalam satu kesatuan harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline