Lihat ke Halaman Asli

Penerapan Inovasi Berbasis Teknologi untuk Kemajuan Pertanian Lokal di Desa Jatirejoyoso Kepanjen

Diperbarui: 18 Juli 2021   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Kondisi Pertanian Desa Jatirejoyoso pada Masa Panen Padi (DOKPRI)

Desa Jatirejoyoso merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dimana mayoritas penduduknya adalah kaum tani. Sektor pertanian menjadi salah satu sektor utama atau sektor kunci perkembangan ekonomi desa.  Sebagian besar dari lahan yang terdaftar pada Desa Jatirejoyoso dimanfaatkan sebagai lahan mata pencaharian berupa petak-petak persawahan. Dari pembicaraan tim KKN UM dengan salah satu warga Desa Jatirejoyoso yang merupakan petani menyampaikan bahwa padi merupakan hasil atau produk pertanian mayoritas di Desa Jatirejoyoso. Selain padi sebagai komoditas utama, terdapat pula beberapa petani atau pemilik lahan yang menanami lahannya dengan jagung, akan tetapi permasalahan yang sering dipertimbangkan oleh petani dan pemilik lahan adalah biaya pengangkutan hasil panen. Menurut sumber, semakin jauh jarak pengangkutan maka semakin mahal pula biaya pengangkutannya sehingga semakin rendah harga beli jagung yang diterima dari para tengkulak karena pemotongan biaya angkut, begitu pula sebaliknya. Padahal jika dilihat dari waktu panen, usia panen tanaman jagung lebih cepat dibandingkan dengan usia panen tanaman padi. Seharusnya pertanian jagung bisa menjadi salah satu komoditas yang memberikan keuntungan banyak.

Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa kegagalan panen bisa saja terjadi. Hal tersebut juga pernah dialami oleh para petani di Desa Jatirejoyoso. Baik karena faktor hama maupun faktor alaminya seperti kesuburan tanah, tingkat pH atau keasamaan yang terlalu tinggi, pengairan yang cukup dan faktor lainnya.

Gambar 2. Sekelompok Petani Desa Jatirejoyoso dengan Alat Pertanian Konvensional Sedang Menuju Lahan Pertanian untuk Melaksanakan Kegiatan Bercocok-Tanam (DOKPRI)

Melihat dari permasalahan yang ada, Tim KKN UM mencoba untuk memperkenalkan dan menjadi penghubung antara desa dan sebuah perusahaan start-up Dewi Sri Farm Tech yang bergerak di bidang konsentrasi agricultural technology. Dengan adanya inovasi teknologi pertanian berupa alat yang dilengkapi dengan sensor yang mampu mendeteksi atau menunjukkan kondisi aktual lahan, seperti nilai pH, kelembaban tanah, intensitas cahaya, kelembaban udara, dan temperature diharapkan dapat membantu dan meringankan beban kerja petani dalam kegiatan bercocok tanam. Selain itu, para petani akan diberikan pengarahan secara intensif mulai dari pra tanam, proses tanam, pemanenan, hingga pemasaran hasil pertanian, serta mengenai penggunaan alat teknologi pertanian yang akan digunakan. Dewi Sri Farm Tech juga memberikan 'pasar' untuk hasil pertanian dengan harga yang stabil, dengan syarat proses dan hasil pertanian dilaksanakan menurut standar yang ditetapkan oleh Dewi Sri Farm Tech (standarisasi). Hal ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan petani saat ini yang mana jarak lokasi lahan dengan jalan raya menjadi salah satu kendala bagi mereka dengan adanya pemotongan biaya angkut, selain itu harga pasar yang terkadang tidak stabil sehingga tidak jarang petani mengalami kerugian karena penurunan harga pasar. Melalui upaya tim KKN UM untuk implementasi inovasi teknologi pertanian serta standarisasi pertanian desa dalam kerjasama dengan Dewi Sri Farm Tech diharapkan dapat membantu petani desa dalam pengelolaan lahan serta dapat meningkatkan produktivitas hasil panen dan perkembangan ekonomi di Desa Jatirejoyoso.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline