Pada saat ini kebanyakan petani di Indonesia masih menggunakan cara tradisional dalam bertani, meskipun sudah mulai banyak teknologi yang dapat diterapkan namun karena kurangnya pemahaman para petani tentang teknologi yang menjadi kendala dalam pengaplikasiannya. Oleh karena itu Kelompok 161, Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) ikut terlibat dalam upaya membantu para petani dalam proses pembuatan pupuk organik dengan menciptakan mesin pencacah sederhana di Desa Lemahmulya.
Hal tersebut dilakukan karena untuk melaksanakan beberapa program dalam kegiatan KKN. Program tersebut yaitu sosialisasi mengenai mesin pencacah sederhana, pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari limbah organik seperti limbah sayur, buah-buahan, dan air beras. Dari beberapa program tersebut, itu menjadi program unggulan yang bertujuan untuk membantu para petani di Desa Lemahmulya.
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dilaksanakan pada bulan September hingga bulan Desember 2021. Kegiatan KKN ini merupakan bentuk perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang meliputi Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat. Pada kegiatan KKN yang dilaksanakan di Desa Lemahmulya Kab. Karawang, kelompok ini pun tidak hanya menciptakan alat pencacah sederhana dan membuat POC saja, namun juga ikut membantu dalam bidang pendidikan seperti mengajar di SDN Lemahmulya 2 selama 2 minggu serta membuat vertical garden di Kantor Desa Lemahmulya.
Pada tanggal 26 Oktober 2021 dilaksanakan penyuluhan pertanian di Kantor Desa Lemahmulya yang dihadiri oleh Gapoktan Citra Sembada. Salah satu rangkaian acaranya yaitu penyuluhan mengenai mesin pencacah sederhana oleh dua mahasiswa Teknik Mesin UNSIKA Rizky Miftahul Amri dan Rudi Handoko. Mereka menjelaskan bahwa mesin pencacah sampah organik sebagai alat bantu dalam pembuatan pupuk organik agar mempermudah proses pencacahan sampah organik.
Metode yang digunakan dalam pembuatan mesin pencacah adalah proses grinding (gerinda potong), proses filing (mengikir), proses drilling (pengeboran), dan proses bending (pembengkokan). Proses-proses tersebut dilakukan menggunakan alat perkakas tangan seperti gerinda tangan, kikir, bor tangan, palu, dan tang. Adapun tahapan pembuatan mesin pencacah adalah sebagai berikut :
- Menyiapkan bahan baku. Bahan baku yang dibutuhkan adalah ember bekas cat 20 liter, plat baja bekas ±400x60x2 mm, mesin pompa air bekas 125 volt (kecepatan putaran 1500 rpm), balok kayu, lembaran seng, soket pipa pvc 4x3 inchi, sandal/karet ban, dan beberapa baut. Untuk bahan baku dapat memakai barang bekas yang tidak terpakai.
- Menyiapkan alat-alat, yaitu gerinda tangan, bor tangan, kikir, palu, tang, sigmat, spidol, obeng, kunci 10, dan kunci 12.
- Pengerjaan dimulai dengan membuat mata pisau. Plat baja dipotong dengan gerinda tangan dengan ukuran 200x30 mm sebanyak 4 buah.
- Plat baja kemudian dibor sesuai dengan ukuran poros pada mesin pompa.
- Pada dasar ember cat, dibor sebagai lubang untuk poros mesin dan lubang baut untuk menempelkan mesin dengan ember.
- Kemudian dinding ember diberi jalan keluar hasil cacahan. Dengan memotong dinding sebesar 200x100 mm.
- Lembaran seng dipotong dengan ukuran 600x200 mm, untuk dibuat sebagai jalan keluar hasil cacahan.
- Kemudian lembaran seng yang sudah dipotong, dibengkokan sehingga membuat persegi ukuran 200x200x100 mm.
- Lembaran seng yang sudah dibengkokan, kemudian dibaut pada dinding ember yang sudah dipotong.
- Tutup ember cat dilubangi sebesar 3 inchi untuk memasukkan sampah organik yang akan dicacah.
Dalam mempraktikan mesin ini, petani sangat antuasias bahkan ikut mencoba dengan memasukkan limbah organik ke dalam mesin. Hasil yang dikeluarkan dari mesin ini berupa limbah yang sudah tercacah. Harapannya mesin ini bisa mempermudah dan membantu petani dalam pembuatan pupuk organik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H