Lihat ke Halaman Asli

KKNDR04 UINSU

Produktif dari rumah

Harapan Moral: Penerapan PSBB dan New Normal pada Pandemi Covid-19

Diperbarui: 5 Agustus 2020   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Infografis COVID-19 20 Juli 2020 (covid19.go.id/infografis-covid-19-20-juli-2020)

COVID-19 (Coronavirus Disease 2019), nama yang tidak asing bagi ditelinga kita. Merupakan penyakit berbahaya yang sejak awal keberadaannya membuat semua orang sangat panik, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. 

Apalagi dengan terus meningkatnya kasus positif di Indonesia, yang tiap harinya kasus positif tersebut kian meningkat sejak pemerintah Indonesia membuat kebijakan dan menerapkan aturan new normal.

Masa new normal adalah masa dimana saat masyarakat mulai “dipaksa” berdamai dengan COVID-19. Hidup berdampingan bersama COVID-19 di imbangi dengan mengedepankan protokal kesehatan guna mencegah terjadinya penuralan COCID-19 hingga ditemukannya vaksin yang kabarnya simpang siur. Penerapan new normal ini bertujuan untuk menggerakan roda perekonomian Indonesia yang merosot akibat pandemi COVID-19.

Namun, sayangnya penerapan kebijakan new normal tersebut malah membuat kasus COVID-19 menjadi semakin meningkat perharinya. Seperti yang dilansir pada situs halaman covid19.go.id menunjukkan bahwa kasus COVID-19 mulai meningkat sejak diberlakukannya kebijakan aturan new normal tersebut. Angka ini berpotensi terus bertambah karena beberapa hal. 

  • Yang pertama adalah longgarnya aturan pemerintah dalam pemberian sanksi tentang syarakat yang belum paham akan protokol kesehatan. 
  • Dan yang kedua adalah disebabkan rendahnya tingkat kesadaran dan kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19. Dikarenakana ktivitas masyarakat mulai meningkat sejak ditetapkan new normal. Orang-orang mulai pergian kepasar, ketempat-tempat umum, bekerja di kantor dan di banyak tempat, dan orang-orang masih bebas berkerumun tanpa jaga jarak dan tanpa menggunakan masker. Jika kebiasaan ini terus berlangsung, tentu impian untuk memulihkan perekonomian dan menurunkan kurva penularan akan terbuangsia-sia. Dengan demikian, bisa-bisa new normal bukannya menjadi anugerah malah menjadi ancaman bagi perekonomian Indonesia.

Jika ingat kembali sebelum dilaksanakan penerapan New Normal di Indonesia, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa daerah Indonesia yang terjangkit virus COVID-19. 

PSBB merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah guna untuk mencegah dan memutus rantai penyebaran COVID-19, yang dapat diartikan sebagai Lock Down dari Indonesia merupakan langkah yang sangat bagus untuk dilaksankan. Meski tidak seketat dengan Lock Down yang dilakukan oleh Negara lain tapi PSBB merupakan kebijakan yang tepat untuk diambil pemerintah.

Tujuan dilaksanakan PSBB yaitu untuk menekan penyebaran COVID-19.Penerapan PSBB dilakukan di beberapa daerah,salah satunya Provinsi DKI Jakarta yang merupakan provinsi pertama dilaksanakan PSBB.

Penerapan PSBB di Jakarta dilaksanakan karena jumlah positif COVID 19 lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain di seluruh Indonesia. diantaranya aturan yang harus dilakukan selama penerapan PSBBialah pembatasan kegiatan keagamaan/rumah ibadah, tempat perbelanjaan mall, tempat wisata dan temapat-tempat lainnya.

Selama 2 minggu diterapkan PSBB,DKI Jakarta berhasil menurunkan jumlah positif dan kematian COVID 19. Namun,ada juga warga yang melanggar aturan selama penerapan PSBB di Jakarta, diantaranya tidak memakai masker saat berpergian yang dikarenakan harga masker melambung tinggi dan susahnya untuk menemukan APD tersebut.

Dalam peraturan Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO), jika sebuah Negara ingin melakukan sebuah trasisi baru, pelonggaran pembatasan dan scenario lainnya maka harus memperhatikan beberapa hal: pertama, bukti yang menunjukkan transmisi COVID 19 dapat dikendalikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline