Kelangkaan adalah suatu kondisi di mana jumlah permintaan lebih besar dari pada jumlah ketersediaan dari suatu barang. Kelangkaan yang saat ini tengah menjadi perbincangan hangat adalah kelangkaan pupuk, hal ini dikarenakan kelangkaan pupuk di Indonesia semakin tahun menjadi semakin meningkat yang membuat rangkaian pembelian pupuk pun semakin menjadi rumit yang pada akhirnya petani menjadi lebih kebingungan dan kesulitan untuk mendapatkan pupuk. Akibat dari situasi kelangkaan pupuk inilah kemudian membuat hasil pertanian menjadi kurang maksimal karena bagaimana tidak, tanaman pertanian yang harusnya mendapatkan nutrisi yang cukup dari pupuk menjadi terhambat karena jadwal pemupukan yang tidak konsisten bahkan terlambat akibat dari pendistribusian pupuk yang mengalami kelangkaan. Fenomena kelangkaan pupuk ini juga terjadi dan dirasakan oleh masyarakat Desa Tapen, di mana di Desa Tapen dengan mayoritas penduduknya yang bekerja sebagai petani sering mengeluhkan tentang permasalahan kelangkaan pupuk yang setiap tahun semakin sulit, mulai dari sedikitnya jumlah pupuk yang tersedia di pasaran, harga pupuk yang semakin mahal dan bahkan hingga mekanisme pembelian pupuk yang semakin rumit.
Kelompok 65 KKN UMD Universitas Jember, melihat fenomena kelangkaan pupuk di Desa Tapen ini menjadi salah satu permasalahan yang krusial, sehingga Kelompok 65 berinisiatif membuat program kerja utama yaitu PORKABA (Pupuk Organik Cair Jakaba). Pupuk organik cair jakaba atau yang disebut sebagai Porkaba ini merupakan jenis pupuk cair organik yang terbuat dari fermentasi air cucian beras. Pada tanggal 6 Agustus 2023, kelompok 65 ini memulai memperkenalkan dan menjelaskan cara membuat Porkaba kepada para petani di Desa Tapen dengan mengadakan sosialisasi dan praktik pelatihan yang bertempat di balai dusun Jatian. Pada kegiatan sosialisasi dan praktik inilah kelompok 65 menjelaskan mengenai apa itu Porkaba, bagaimana cara bekerja Porkaba, bagaimana cara membuat Porkaba, dan manfaat Porkaba bagi tanaman pertanian, serta juga menjelaskan tentang bagaimana Porkaba ini bisa menjadi solusi alternatif pengganti pupuk. Adanya sosialisasi dan praktik pelatihan Porkaba ini ternyata menarik perhatian para petani sehingga banyak petani yang antusias untuk mengikuti pelatihan pembuatan Porkaba ini bahkan tak sedikit dari petani yang datang langsung ke posko untuk meminta biang Porkaba dan meminta pelatihan secara mandiri.
Pemanfaatan Porkaba memang tidak bisa terjadi secara instan merata dirasakan oleh semua kalangan petani di Desa Tapen namun, dengan adanya Porkaba diharapkan bisa membantu banyak petani di Desa Tapen untuk tetap bisa memupuk tanamannya dengan konsisten sehingga hasil pertanian bisa didapatkan secara maksimal. Selain itu, Adanya Porkaba dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi kelangkaan pupuk, karena bahan dasarnya yang relatif mudah yakni hanya dengan menggunakan air cucian beras dan juga cara pembuatannya yang mudah karena hanya memerlukan biang jamur Jakaba yang kemudian dicampur dengan air cucian beras kemudian ditutup dan didiamkan selama 3-4 minggu. Manfaat Porkaba bagi tanaman pertanian tidak kalah dengan penggunaan pupuk kimia pada umumnya sehingga diharapkan dengan adanya terobosan baru Porkaba ini bisa menggantikan pupuk kimia dan masyarakat Desa Tapen khususnya bagi para petani tidak lagi mengalami permasalahan yang sama terus menerus mengenai kelangkaan pupuk kimia. Lebih dari itu, permasalahan hasil pertanian yang semakin menurun akibat kelangkaan pupuk juga bisa teratasi karena dengan adanya Porkaba petani bisa kembali konsisten dengan jadwal pemberian nutrisi bagi tanaman pertanian yang kemudian dapat mengembalikan hasil pertanian yang optimal.