Lihat ke Halaman Asli

Artikel KKN UMD Universitas Jember: Respon Warga Terhadap Implementasi Pupuk Kompos dalam Kegiatan Posyandu di Desa Suling Wetan, Kabupaten Bondowoso

Diperbarui: 25 Agustus 2024   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 13 Agustus 2024, Kelompok 80 KKN Universitas Jember mengikuti kegiatan pengecekan kesehatan warga dengan didampingi langsung oleh Tim Posyandu di Desa Suling Wetan, Kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso. Dalam kegiatan rutin ini, Kelompok 80 KKN Universitas Jember mengambil kesempatan untuk bertanya kepada para warga terkait aplikasi pupuk kompos dari kotoran sapi yang sempat dibuat dan disosialisasikan kepada kelompok tani beberapa pekan lalu. 

Hal ini dilakukan karena sebagian besar warga yang hadir merupakan petani. Dalam pelaksanaannya, Kelompok 80 KKN Universitas Jember membantu melayani kesehatan warga sekaligus bertanya kepada mereka tentang perkembangan pengaplikasian pupuk kompos di sawah mereka.

 

Tim KKN Melakukan Pengecekan Implementasi Pupuk Bersama Petani (Sumber : Dokumen Pribadi)

Setelah kegiatan Posyandu selesai dilaksanakan, Kelompok 80 KKN Universitas Jember mencoba melakukan pengecekan terhadap pengaplikasian pupuk kompos yang di sawah salah satu petani yang turut hadir dalam kegiatan Posyandu. Adapun hasil yang ditunjukkan adalah pupuk kompos benar-benar berhasil dan cocok diaplikasikan untuk pertanian di Desa Suling Wetan. Sebagai respon, petani menyatakan bahwa pupuk kompos dari kotoran sapi ini mampu menjadi solusi dari ketergantungan penggunaan pupuk kimia sekaligus mampu menjadi jawaban atas kelangkaan pupuk di Desa Suling Wetan yang diakibatkan oleh berkurangnya subsidi pupuk dari pemerintah.

Terkait penggunaan pupuk kimia, warga sudah memahami bahwa efek dari pupuk kimia itu cukup berbahaya karena mampu mengurangi tingkat kesuburan tanah. Dalam permasalahan ini pupuk kompos kembali menjadi solusi sebab kandungan nutrisi yang ada di dalamnya mampu membuat tanah menjadi lebih subur. Oleh karena itu, petani mengambil jalan tengah sebagai solusi yakni dengan menggunakan pupuk kimia dan pupuk kompos secara bersama-sama. Hal ini bertujuan agar kebutuhan nutrisi tanaman tetap terpenuhi tanpa membuat tanah menjadi rusak.

Di sisi lain, beberapa petani menyampaikan bahwa kekurangan dari pupuk kompos kotoran sapi hanya terdapat pada proses pembuatannya yang membutuhkan waktu cukup lama. Meski demikian, para petani juga menyampaikan bahwa pupuk kompos dari kotoran sapi dinilai sangat ekonomis karena biaya yang dibutuhkan lebih murah daripada harga pembelian pupuk kimia. Dengan ini dapat dikatakan bahwa pupuk kompos dari kotoran ternak sapi yang telah dibuat oleh Kelompok 80 KKN Universitas Jember berhasil membantu petani dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

Adapun kabar baik dari para petani bahwasannya mereka tetap memiliki antusiasme yang tinggi untuk melanjutkan program pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi ini. Salah satu alasan munculnya rasa antusiasme itu adalah karena warga mulai menyadari bahwa aliran sungai di Desa Suling Wetan yang dulunya sangat bersih dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kini menjadi kotor dan tercemar. 

Salah satu sumber pencemaran tersebut adalah limbah ternak yang dihasilkan dari kandang-kandang sapi milik warga yang ada di bantaran sungai. Hal ini sebenarnya cukup disesalkan oleh banyak orang sebab hampir setiap warga memahami bahwa dulunya aliran sungai dapat digunakan secara langsung karena airnya yang bersih dan jernih. Dengan dimanfaatkannya limbah ternak tersebut menjadi pupuk kompos, warga berharap sungai yang ada di Desa Suling Wetan dapat kembali bersih seperti dahulu. Dan semoga program kerja Tim KKN Universitas Jember Kelompok 80 dapat membawa  perubahan besar untuk  pertanian dan lingkungan di Desa Suling Wetan Kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline