Lihat ke Halaman Asli

Krisis Kesadaran Masyarakat tentang Pendidikan di Desa Pakis Kecamatan Panti

Diperbarui: 29 Agustus 2022   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Pakis Kecamatan Panti adalah salah satu desa yang terletak di Kabupaten Jember. Secara geografis Desa Pakis sebelah utara berbatasan dengan Gunung Argopuro, sebelah timur berbatasan dengan Desa Suci Kecamatan Panti, sebelah selatan berbatasan dengan Kemuningsarilor Kecamatan Panti, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Badean., Mata pencaharian penduduk desa Pakis sebagian besar adalah petani, buruh perkebunanan, peternakan dan ada beberapa penduduk yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dan pegawai swasta.

Secara historis, awalnya Desa Pakis ini bernama Desa Magersari. Dulunya desa ini dipimpin oleh Lurah seumur hidup bernama Singo Wono. Pada tahun 1943, penduduk desa Magersari mulai menunjukan semangat perubahan salah satunya merubah nama desa Magersari menjadi desa Pakis. Nama Pakis diambil karena komoditas tanaman pakis banyak yang tumbuh di daerah ini dan juga sayuran pakis menjadi makanan favorit masyarakat desa ini. Semenjak saat itu, desa Pakis resmi menjadi salah satu nama desa di Kecamatan Panti hingga sekarang.

Menjadi salah satu desa yang berada di Kota Pendidikan tidak menjadikan masyarakat desa Pakis memahami makna pentingnya Pendidikan. Hal ini dikarenakan tingkat Pendidikan masyarakat Desa Pakis masih tergolong rendah. Dari hasil survey yang telah kita lakukan bersamaan dengan pendataan DTKS  diketahui bahwa rata-rata Pendidikan masyarakatnya adalah lulusan SD. Sedangkan untuk jumlah warga yang tamat SMP atau SMA tergolong sedikit. Di Desa ini juga banyak ditemukan pernikahan anak usia dini, entah itu pernikahan secara siri atau sah di KUA.

Menurut penuturan Bapak Jalal selaku salah satu masyarakat di Desa Pakis "Masyarakat sini perekonomiannya lemah, jangankan untuk sekolah untuk makan aja susah. Jadi, anak -- anak disini memilih untuk berhenti sekolah dan bekerja atau mondok di pesantren tanpa melanjutkan sekolah".

Selain kendala ekonomi seperti yang disampaikan oleh Bapak Jalal, masalah lainnya adalah ketidaktahuan warga akan pentingnya keberlangsungan hidup. Banyak warga yang masih berpikir "untuk apa sekolah? Yang penting kerja dapat uang" atau "untuk apa sekolah tinggi -- tinggi, jika ujungnya tetap sulit mencari pekerjaan?". Selain itu, faktor lainnya adalah sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai. Sehingga perlu adanya edukasi mengenai pentignya pendidikan formal bagi warga desa Pakis. Mereka perlu diberikan pemahaman bahwasanya berkat Pendidikan lah suatu negara dapat dikatakan negara maju dengan sumber daya manusia yang mempuni yang dapat mengelolah kekayaan alam negara.

er-630c3732e099ec1aef1c6262.jpeg

Peran pemerintah juga sangat diperlukan disini untuk bisa memberikan fasilitas Pendidikan yang layak dan lengkap. Contohnya dengan melengkapi sarana dan prasarana Pendidikan di Desa Pakis atau dengan cara memberi bantuan sekolah gratis untuk siswa yang membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline