(Indramayu, 15 Juli 2023) Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya akibat kekurangan gizi kronis terutama pada masa 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Stunting pada balita dapat menghambat perkembangan anak, dengan dampak negatif yang dapat ditimbulkan seperti penurunan intelektual, rentan terhadap penyakit tidak menular, dan risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
Pada tahun 2018, tercatat penderita stunting di Kabupaten Indramayu mencapai angka 33,99%. Masalah stunting di Desa Nunuk, Indramayu cukup tinggi, sehingga diperlukan upaya pencegahan stunting pada anak. Bersama dengan program BKKBN Jawa Barat, mahasiswa KKN IPB turut berpartisipasi dalam upaya penurunan angka stunting dengan melaksanakan penyuluhan dan edukasi pencegahan stunting di Desa Nunuk.
Penyuluhan stunting diselenggarakan di Balai Desa Nunuk, 15 Juli 2023 yang dihadiri oleh ibu-ibu PKK, ibu hamil dan ibu yang mempunyai balita di Desa Nunuk. Kegiatan ini diawali dengan pengerjaan soal pre-test guna mengukur pengetahuan ibu sebelum mendapatkan penyuluhan. Afiqah Husnayani Almas, mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB kemudian memberikan edukasi terkait pengertian, karakteristik, serta upaya pencegahan stunting.
"Tiga hal yang harus diperhatikan untuk mencegah stunting antara lain konsumsi makanan bergizi seimbang, berperilaku bersih dan mencegah terkena penyakit yang bisa mengganggu penyerapan zat gizi," ujar Afiqah. Program ini juga turut mengundang Ibu Kurniasih selaku bidan Desa Nunuk yang menambahkan penjelasan terkait pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) yang baik. Selain itu, cara untuk mengetahui gizi baik pada bayi dan anak juga dipaparkan oleh Ibu Kurniasih. Pengukuran pengetahuan ibu setelah mendapatkan penyuluhan dilakukan dengan pengerjaan post-test oleh audiens.
Tidak hanya penyuluhan stunting, kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi MPASI oleh Safira Khoirunnisa, mahasiswa Biokimia IPB serta ahli gizi Desa Nunuk, Kak Nabila. MPASI atau Makanan Pendamping Air Susu Ibu merupakan makanan bergizi seimbang yang diberikan kepada bayi berusia 6-24 bulan dengan takaran tertentu guna memenuhi kebutuhan gizi bayi namun tidak menggantikan peran ASI. Adapun contoh MPASI yang didemonstrasikan berupa sayur bayam bening, pisang tumbuk, dan bubur hati ayam yang dihaluskan sesuai usia bayi. Kak Nabila juga menambahkan edukasi untuk menghindari pemberian MPASI dengan makanan instan karena terdapatnya pengawet non alami.