Lihat ke Halaman Asli

Cegah Stunting Sebelum Genting: Peran Mahasiswa dalam Upaya Pencegahan Stunting

Diperbarui: 12 Juli 2023   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sosialisasi pencegahan stunting di Desa Bug-Bug/Dokpri

“Generasi muda adalah masa depan bangsa”, kita semua tentu setuju bahwa anak-anak akan tumbuh menjadi generasi penerus estafet kepemimpinan bangsa dimasa depan. Namun akhir-akhir ini banyak beredar berita tentang melonjaknya kasus stunting di hampir seluruh wilayah di Indonesia, salah satunya yang terdapat di Kabupaten Lombok Barat NTB. Stunting itu apa sih? Lalu bagaimana cara untuk mencegahnya? Menurut Kementerian Sekretariat Negara RI Sekretariat Wakil Presiden menjelaskan bahwa stunting bukan tergolong penyakit, stunting ini termasuk keadaan dimana tubuh gagal tumbuh karena asupan makanan yang kurang dan terjadi infeksi yang kronis pada masa periode emas atau sekitar sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2021, Stunting masih merupakan kendala dalam pembangunan SDM Indonesia.. Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan serius.

Berdasarkan data e-PPGBM tahun 2022 yang dikutip dari dinkes.ntbprov.go.id, Kabupaten Lombok Barat termasuk ke dalam tiga Kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi (18.98%) di Provinsi NTB. Lalu pada tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 13% dengan harapan pada tahun-tahun berikutnya bisa terus menurun sampai mencapai titik 0%. Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid, S.Ag., M.Si. menegaskan bahwa pada tahun 2024 diharapkan persentase kasus stunting harus di bawah 8%. Hal itu manjadi PR tersendiri bagi tiap instansi pelayanan kesehatan dan para masyarakat khususnya di Kabupaten Lombok Barat.

Salah satu desa yang menjadi fokus dalam upaya pencegahan stunting di Lombok Barat adalah Desa Bug-Bug Kecamatan Lingsar. Setelah dilakukan survey langsung di Desa Bug-Bug, diketahui bahwa saat ini terdapat kasus stunting di beberapa dusun. “Jumlah kasus stunting yang ada sudah mengalami penurunan dari yang awalnya 24 kasus  menjadi 18 kasus dengan harapan akan terus menurun agar persentase stunting di desa menjadi 0%” ujar H. Sukardan Abdy selaku Kepala Desa Bug-Bug.

Stunting adalah kondisi yang tidak dapat diobati namun bisa dicegah sejak dini. Dalam hal inilah para mahasiswa mendapat kesempatan untuk ikut membantu pencegahan stunting di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan sosialisasi seperti yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa KKN PMD Universitas Mataram di Desa Bug-Bug dengan tema sosialisasi “Membantu Meningkatkan Pengetahuan Mengenai Pola Konsumsi (Gizi) dan Pengimplemantasian Lingkungan Hidup Sehat sebagai Upaya Pencegahan Stunting di Desa Bug-Bug”. Sosialisasi yang dilaksanakan pada Senin 3 Juli 2023 bertempat di kantor desa dengan narasumber utama Ibu Baiq Suzana ahli gizi dari Puskesmas Lingsar dan Bidan Sonya Zulaika selaku bidan Desa Bug-Bug. Kegiatan ini dihadiri oleh ibu-ibu hamil di seluruh dusun di Desa Bug-Bug beserta para kader Desa Bug-Bug. Tujuan diselanggarakannnya sosialisasi ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pencegahan stunting. Serta meningkatkan kesadaran publik dan merubah perilaku maksyarakat terkait hidup sehat.

Pencegahan stunting baiknya dilakukan dari masa kehamilan sampai anak usia 2 tahun dengan berbagai cara diantaranya memperhatikan gizi yang dikonsumsi dan menjaga perilaku hidup sehat, melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu hamil dan balita, menjaga sanitasi lingkungan, serta melakukan vaksinasi sesuai anjuran.

Gejala stunting maupun status gizi kurang dapat  menyebabkan terganggunya proses tumbuh kembang dan terlambatnya perkembangan motorik pada anak. Zat gizi memegang peranan penting dalam dua tahun pertama kehidupan. Pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak memerlukan zat gizi yang kuat. Karena keadaan tersebut, pada balita usia 0-2 tahun memerlukan perhatian khusus dalam pengendalian gizi guna memperhatikan perkembangan motoriknya demi mencegah timbulnya stunting. Mengingat pentingnya pencegahan stunting, masyarakat dan semua pihak perlu bersama-sama terlibat secara langsung dalam penanganan stunting agar dapat membentuk generasi yang lebih unggul untuk kedepannya. Perubahan memerlukan perjuangan bukan dengan sekadar duduk diam. Berjuanglah demi perubahan dan betulkan keinginan kita.

Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline