Mahasiswa KKN UM Surabaya mengajak Petani Singkong desa Petapan, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Madura untuk produktif dan inovatif dalam mengolah makanan, khususnya mengolah singkong, Rabu (26/08/2020).
Sudah hampir setengah tahun penyebaran virus Covid-19 di Indonesia tidak kunjung usai. Dampak pandemi merambah ke berbagai aspek, salah satunya pada bidang perekonomian.
Pelemahan perekonomiaan Indonesia berdampak secara masif, salah satunya menurunnya daya beli masyarakat yang mana juga menyebabkan banyak usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM rentan gulung tikar.
Keadaan itu terlihat dari kenyataan di lapangan. Misalnya di desa Petapan Kecamatan Labang, Bangkalan, Madura. Ada beberapa warga merasakan penjualan menurun dari biasanya pada saat terjadinya virus Covid-19 melanda, sehingga aktivitas warga sekitar wilayah tersebut juga menurun dan berdampak pada penjualan usaha pedagang setempat. Diketahui bahwa ada sebagian masyarakat mengelolah tape singkong dan menjualnya di pasar terdekat.
"Pengunjung jadi sepi, masyarakat yang belanja juga berkurang karena mungkin ekonomi juga sedang merosot, apalagi saya yang hanya menjual tape singkong ini, keuntungannya sedikit malah tambah berkurang" ujar salah satu warga sekitar.
Petani yang setiap harinya mengolah singkong menjadi bahan makanan berupa tape singkong. Namun dengan adanya kegiatan KKN ini, mahasiswa UM Surabaya berinisiatif untuk mengadakan pelatihan UMKM dalam mengembangkan inovasi berupa Keripik Singkong dengan berbagai olahan rasa.
Inovasi ini dilakukan dalam rangka memenuhi program kerja KKN sekaligus mengembangkan kreatifitas petani singkong setempat dalam hal membuat olahan dari bahan dasar singkong.
Ada beberapa varian rasa yang telah dibuat, diantaranya rasa barbeque, ayam goreng, keju, pedas manis, pedas dower, pedas asin, balado dll
"Saya senang ada mahasiswa KKN di sini mengajarkan, bagaimana cara mengolah singkong. Bukan hanya tape saja, di sini kami juga diajari, bagaimana cara menjual singkong dan berinovasi, jadi harga jualnya juga lebih tinggi,. Biasanya di sini 1 kilo singkong harganya 5000 rupiah, setelah diolah jadi kripik singkong, keuntungannya juga lebih banyak. Kami juga diajari cara memasarkannya secara online. Jadi pelanggannya bukan hanya dari desa Petapan saja, tapi beda kecamatan juga." Tutur Bu Sri yang ikut pelatihan UMKM KKN Bangkalan 2.
Ketua KKN Bangkalan UM Surabaya, Moh. Nur Halim mengajak warga agar lebih kreatif, khususnya dalam mengelolah makanan. Dan semoga adanya pelatihan ini bermanfaat dan berkelanjutna bagi masyarakat.
"Kami ingin petani di sini lebih kreatif dan inovatif lagi agar harga jual yang akan didapat lebih banyak, sehingga akan membantu perekonomian petani singkong. Kami juga berharap program ini berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat desa Petapan." Tutur ketua KKN Bangkalan 2.