Gunung Kawi erat kaitannya dengan hal-hal berbau mistis. Bila mendengar kata Gunung Kawi, mungkin akan terbayang akan ritual-ritual pesugihan atau mencari kekayaan. Akan tetapi berbeda dengan warga di Dusun Gendogo, Balesari, Kabupaten Malang yang terletak di Lereng Gunung Kawi, berketinggian sekitar 1200-1300 meter di atas permukaan air laut. Sebagian warga desanya mencari penghasilan dari biji kopi. Karena letak geografisnya yang mendukung, masyarakat memanfaatkan kondisi tersebut untuk berkebun, salah satunya kopi.
Banyak ditemukan perkebunan kopi di daerah ini, terdapat 124 petani dan lahan perkebunan kopi seluas 310 Hektare. Perkebunan tersebut dikelolah oleh LKDPH Madu Jaya dan LKDPH Wanakawi. Pembudidayaan kopi dimulai dari penanaman pada tahun 2016 dengan hasil panen pertama pada tahun 2018, dan berlanjut panen kedua pada tahun 2019 dengan konsentrasi pengembangan kopi spesifik pada jenis Arabica.
Kopi Gunung Kawi sendiri sebenarnya bukan berasal dibudidayakan dari wilayah Gunung Kawi, melainkan berasal dari Kopi Gayo, Aceh yang dibawah ke wilayah lereng Gunung Kawi. Kopi Gunung Kawi ini memiliki karakteristik tersediri yakni citarasa fruity (sedikit masam).
Proses pengolahan kopi di Gunung Kawi masih bersifat semi konvensional.Pada tahapan pertama kopi dipetik dari pohon. Proses pemetikan kopi terdiri dari beberapa tahap yakni tahap pemetikan selektif dimana biji kopi yang dipetik berupa biji merah atau matang penuh. Kemudian pemetikan setengah selektif, yakni pemetikan pada satu buah dompol yang berwarna merah semua.
Ada juga pemetikan racutan atau serentak, dimana semua buah kopi dipetik habis termasuk yang masih hijau. Pemetikan biji kopi harus dilakukan dengan cara tegak lurus agar tidak merusak pohonnya, sehingga nantinya dapat tumbuh kembali. Setelah kopi dipanen, maka proses selanjutnya yaitu sebagian biji kopi diolah di Gapoktan sampai kering. Kopi yang telah kering sebagian disimpan untuk kemudian di lakukan proses roasting (pemanggangan biji kopi mentah) dengan baik.
Dusun Gendogo memiliki potensi untuk lebih dikembangkan lagi, tinggal bagaimana cara pemrosesan, perawatan , dan juga distribusinya.Agar produksi kopi di Gunung Kawi lebih mudah dikenal oleh masyarakat luas dan tidak hanya terkenal dalam negeri diharapkan kopi Gunung Kawi namanya juga dapat melambung hingga mancanegara.
Penulis : Jharotul N. Maulita, Rendra Fitriana, Ricky Indrawan C (Tim KKN Balesari)