Lihat ke Halaman Asli

Moh AliImron

Mahasiswa

Keunikan Pemuda Desa Kliris

Diperbarui: 21 Juli 2022   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Ditulis Oleh: Moh Ali Imron

Anggota KKN MIT 14 Kelompok 55 UIN Walisongo Semarang.

Desa kliris berada pada lokasi yang sangat strategis yakni di wilayah jalan raya bubakan mijen --gonoharjo limbangan dan pasigitan --boja. Desa kliris sendiri mmeliliki 22rt dan 8 rw yang terbagi dalam 8 dusun yakni dusun krjan 1, dusun krajan II, krajan III, getas, jawu, kalikidang, tompak, dan gares. Mayoritas penduduk desa kliris beragama islam. 

Sebagian  mbesar masyarakat desa kliris bekerja sebagai  buruh tani, petani, buruh bangunan dan buruh industri. Kondisi wilayah desa kliris merupakan daerah pegunungan dengan ketingian 635 m di atas permukaan laut. Suhu rata-rata 220 C-270 C dan curah hujan rata-rata 1823 mm/th. 

Selanjutnya saya akan membedah keunikan keunikan yang ada di desa kliris, karena sebagian masyarakat sekitar berpenduduk beragama islam. 

Dalam kesempatan kami kemarin.  Yang pertama kami sowan bersama  ke kyai atikun (57) beliau merupakan penggagas utama dan yang memikirakan posisi para pemuda kliris utamanya yang di dusun krajan 3. Kebetulan  rumahnya beliau  dekat dengan posko kami kelompok 55 kkn uin walisongo. kami di cerikatan tentang keberadaan pemuda-pemuda yang ada di kliris terutama di dusun krajan 3 dan sekitarnya, selanjutnya di persilahkan untuk menemui para pemuda.

Malamya. hari selasa (19/7/22)  kelompok 55 kkn uin walisongo tepatnya jam 20.00 wib, kami silaturrahmi ke tempat tersebut, kedatangan kami disambut dengan baik oleh para  pemuda. Sebelum diskusi kami mulai kami di suguhi dengan kegiatan pemuda yang sudah menjadi makanan setiap harinya yaitu mereka pada mengaji al qur'an ( ilmu tajwid). 

Saya selaku moderator utama untuk membuka diskusi. Yang utama yaitu mas ustadz fikri (27) merupakan pengasuh dan pembimbing para pemuda. ada mas ustadz ibnu(26) selaku bendahara, mas jhon selaku seksi pembangunan dan mas Arianto selaku ketua para pemuda.

Diskusi saya buka.  Mas fikri( pengasuh) menceritakan dengan adanya pemuda dan pondok pesantren. PONDOK PESANTEREN  JATI ROSO. Nama itu di ambil ketika beliau masih di pondok pesantren, melakukan riyadhoh( tirakat) puasa 3 hari dan mendaptakn petunjuk nama Jati Roso. Untuk mewujudkan pesanteren jati roso beliau bermodal Rp1.400.000 untuk mengawali pembangunan.  

Pondok pesantren yang di rintisnya sudah berjalan beberapa tahun ini masih dalam tahap pembangunan. Santrinnya yang aktif dalam kegiatan  kurang lebih berjumlah 90 santri. Setiap harinya mas ustadz fikri mengajarkan kegiatan belajar mengaji. kitab-kitab yang di kajipun sangat beragam. Dari Ilmu tajwid, ilmu tafsir, ilmu fiqih dll.  

Tidak hanya mengaji yang mereka ajarkan, kwirausahaan kemandirian dan kekompakan, ikhlas  untuk mewujudkan sebuah pondok pesanteren jati roso sudah mereka tanamkan. Dari jual kaos, jual stiker, jual kalender dll. labanya di  masukkan untuk pembangunan pondok pesantren.  Pengerjaan pembangunan  di lakukan semuanya oleh para santri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline