Lihat ke Halaman Asli

KKN UMP ADIWARNO 18

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

Mahasiswa KKN UMP Adakan Pelatihan Biosaka bagi Kelompok Tani di Desa Adiwarno

Diperbarui: 31 Agustus 2023   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demonstrasi Pembuatan Biosaka (dokpri)

Desa Adiwarno merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen.  Desa Adiwarno ialah Desa yang mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petani.

Mengetahui mayoritas mata pencahariannya sebagai petani, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 018 Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) dibawah bimbingan DPL Bapak Kurniawan M.Si mengadakan Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Biosaka bagi kelompok tani Desa Adiwarno. Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Sabtu (5/8/2023) bertempat di Balai Desa Adiwarno dan diikuti oleh peserta sejumlah 13 peserta. Sebagai pembicara sekaligus trainer adalah Riska Dewi Rahayu mahasiswa program studi Agribisnis Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Seperti disampaikan oleh pemateri, Biosaka merupakan produk non pupuk yang dapat dibuat sendiri oleh para petani dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang terdapat di lingkungan sekitar. Biosaka ini berguna untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, mengurangi penggunaan pupuk kimia, biaya produksi, dan mengurangi serangan hama dan penyakit. Adapun respon dari peserta pelatihan ini mengatakan bahwa baru mendengar istilah biosaka dan sangat bersyukur karena mahasiswa telah memberikan ilmu baru bagi kami. Dengan adanya kegiatan ini, kami jadi tahu bahwa alam ternyata menyediakan berbagai jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh para petani untuk memacu pertumbuhan dan produksi tanaman serta menjadikan tanaman menjadi lebih tahan terhadap serangan hama penyakit. Selain itu, kami juga tidak perlu mengeluarkan biaya yang tinggi untuk membeli pupuk atau obat-obatan untuk mencegah hama penyakit tanaman..

Setelah sesi sosialisasi selesai, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan biosaka secara langsung. Bahan yang digunakan dalam pelatihan ini meliputi rumput-rumputan dan juga dedaunan dari tanaman berpohon dengan ciri-ciri daun terlihat segar dan tidak terkena hama atau penyakit. Jenis daun yang digunakan dalam pelatihan ini meliputi daun

pepaya, daun singkong, daun jambu dan daun babandotan yang diambil bagian pucuknya dan disimpan selama 1 atau 2 hari agar menjadi layu. Untuk alat yang digunakan dalam pelatihan ini meliputi baskom/ember, gayung, saringan dan botol/galon bekas.

Proses pembuatan biosaka dibantu oleh perwakilan dari para kelompok tani. pembuatannya diawali dengan menuangkan air sebanyak 5 liter ke dalam ember, kemudian rumput dan daun yang sudah dipilih dimasukkan ke dalam ember untuk langsung diperas. Proses peremasan dilakukan dengan posisi daun tetap terendam air dan diikuti dengan proses pengadukan. Peremasan dilakukan menggunakan tangan kanan, sedangkan tangan kiri memegang pangkal bahan. Tangan kanan bergerak memutar air ke arah kiri (berlawanan dengan arah jarum jam) sambil mengumpulkan bahan-bahan yang tercecer sambil tetap meremas. Proses ini dilakukan sampai selesai dan kontinu (tidak terputus atau berhenti), tangan tidak boleh diangkat keluar dari air, tetapi tetap berada di dalam air dan proses ini harus dilakukan oleh satu orang saja (tidak berganti-ganti orang). Setelah proses ini selesai, maka air yang sudah mengandung perasan dari rumput-rumputan dan dedaunan disaring dan dituang ke dalam botol atau wadah.

Setelah proses pembuatan larutan biosaka selesai dilakukan, maka setiap peserta selanjutnya diminta untuk menggunakan larutan ini untuk memelihara tanaman masing-masing.Dosis aplikasi untuk tanaman padi dan jagung yaitu 40 ml per 15 liter air alat semprot, sedangkan untuk tanaman cabe, tomat, kacang tanah dosis 20-30 ml per tangki sprayer tergantung umur tanaman, periode aplikasi sekitar 10-14 hari sekali.

Dalam pembuatan Biosaka ini membutuhkan kesabaran yang tinggi dan mengikuti alur yang telah dijelaskan diatas sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan demikian kita dapat mencobanya sebagai produk non pupuk yang dapat dibuat sendiri oleh para petani dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang terdapat di lingkungan sekitar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline