Gubrih merupakan desa dengan mayoritas masyarakat yang bekerja sebagai peternak, hal tersebut dapat dilihat melalui keberadaan ternak di setiap rumah yang dimanfaatkan sebagai peluang bisnis dengan melakukan jual beli ternak. Pada saat musim kemarau persoalan yang dihadapi oleh para peternak adalah terkait kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya, sehingga masyarakat lebih memilih untuk membeli batang jagung sebagai pakan pengganti. Akan tetapi solusi tersebut terbilang kurang efektif sebab biaya yang dikeluarkan lebih banyak.
Mahasiswa KKN 160 Gubrih menciptakan inovasi wafer jerami sebagai solusi alternatif pakan ternak, jerami dipilih sebagai bahan utama sebab banyaknya limbah padi saat musim panen yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Inovasi ini juga didukung dengan banyaknya sumber daya alam lain seperti daun lamtoro dan daun pisang yang bermanfaat untuk penambah nutrisi bagi ternak. inovasi wafer jerami dirancang sebagai pakan yang awet dan tahan lama, dengan kemasan kedap udara untuk menjaga keawetan pakan wafer jerami tersebut.
Proses pembuatan wafer jerami ini dapat dikatakan cukup sederhana, jerami pada awalnya diolah dengan cara dicacah dan dicampur daun lamtoro, daun pisang dan bahan tambahan yang lainnya. Selanjutnya, campuran ini ditekan menggunakan alat press hingga membentuk seperti wafer yang padat. Dengan proses pembuatan yang sederhana, diharapkan inovasi wafer jerami ini mampu mempermudah memecahkan permasalahan yang ada dan selain itu diharapkan juga dapat menciptakan kesejahteraan peternak. Inovasi yang diciptakan oleh kelompok KKN 160 Gubrih ini juga bertujuan untuk pemanfaatan sumber daya yang ada di wilayah Desa Gubrih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H