Produksi pembuatan Pupuk Organik Padat (POP) Desa Gubrih yang sudah ada sebelumnya ternyata belum memiliki komposisi yang tepat untuk diaplikasikan pada beberapa jenis tanaman, sebab bahan dasar yang digunakan pada produksi sebelumnya masih belum sesuai dengan standar modul pembuatan pupuk organik padat. Kelompok KKN 160 Desa Gubrih pada akhirnya menemukan bahwasanya pada POP sebelumnya masih kekurangan bahan dasar seperti, hijauan (daun gamal, pelepah pisang dan daun kipait). Lalu pada bahan dasar coklatanya masih kurang bahan seperti, daun kering dan dedak padi.
Penggunaan limbah kotoran sapi masih menjadi bahan dasar utama pembuatan pupuk organik padat, selanjutnya penambahan bahan dasar hijauan dan coklatan menjadi solusi untuk menciptakan pupuk organik padat yang memiliki komposisi lebih berkualitas dari produksi sebelumnya. Penggunaan hijauan dan coklatan pada pembuatan POP memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang ada di Desa Gubrih, kelompok KKN 160 mengharapkan dengan adanya pemanfaat sumber daya alam yang melimpah dapat menciptakan peluang yang positif bagi masyarakat sekitar mulai dari kesehatan lingkungan hingga perekonomian desa.
Produksi pupuk organik padat saat ini dapat dikatakan sebagai produksi yang ekonomis namun tidak menurunkan kualitas dari pupuk tersebut, hal ini disebabkan karena peningkatan kualitas pupuk saat ini menggunakan sumber daya alam sekitar sebagai bahan dasar untuk peningkatan kualitas pupuk tersebut. Biaya produksi kali ini hanya mengeluarkan biaya pada dekomposer (EM4), sedangkan bahan dasar lainnya bersumber dari sumber daya alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H