Desa Glingseran memiliki topografi di dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 400 m di atas permukaan laut dan luas wilayah 2.539.106 Ha.
Potensi yang dimiliki Desa Glingseran sendiri yaitu panorama alam yang indah dan memiliki berbagai jenis batu megalitikum seperti sarkofagus, batu kenong, dolmen, batu pintu sehingga dikenal dengan Situs Cagar Budaya Glingseran.
Pada Sabtu (29/07/2023), kelompok KKN 87 Desa Glingseran bersama dengan kelompok KKN 90 Desa Wringin berkunjung ke Surganya Sarkofagus yang terletak di Desa Glingseran Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso, sekitar 29 kilometer dari arah barat laut kota Bondowoso.
Menurut Jupel (Juru Pelihara) Cagar Budaya Glingseran Bapak Munir, sebanyak 70 situs purbakala yang terdiri dari 66 sarkofagus, 2 batu kenong, 2 batu pintu berada di Desa Glingseran. Inilah alasan mengapa situs cagar budaya Glingseran dinamakan Surganya Sarkofagus.
Sarkofagus atau tempat menyimpan jenazah merupakan benda pra sejarah yang biasanya digunakan sebagai keranda mayat atau peti mati. Batu ini memiliki bentuk seperti palung atau lesung dengan bentuk memanjang yang memiliki tutup dari batu.
Lokasi Situs Cagar Budaya Glingseran sebenarnya tak jauh dari situs menhir Banyuputih, hanya dipisahkan oleh dua desa.
Pada situs ini terdapat sebuah peninggalan zaman pra sejarah, atau lebih tepatnya pada zaman batu megalitikum yang juga kerap dikenal zaman batu besar yang pada saat itu semua manusia membuat segala yang mereka butuhkan dengan batu.
Menurut informasi dari Pak Munir, terdapat batu sejenis ini di Rengganis. Akan tetapi, jarak gotong dari Rengganis ke sini menggunakan apa ketika zaman dahulu?
Hal ini yang menjadi pertanyaan, padahal zaman dahulu teknologi belum canggih seperti saat ini. Ada yang menghubungkan dengan kesaktian, orang jaman dulu dianggap sakti, jadi cara gotongnya menggunakan ilmu-ilmu tertentu, sayangnya ada beberapa batu yang sudah pecah karena terkena petir.