Jenggawah, Desa Jenggawah -- Penerjunan KKN kolaboratif Jember di tahun 2024 sudah hampir usai. Membawa misi dari pemkab yang salah satunya adalah mendata ulang Anak Putus Sekolah (ATS) di masing-masing wilayah penempatan kelompok, mahasiswa diberi kesempatan untuk terjun langsung pada masyarakat dan melihat kondisi sosial di desa yang telah dipilih khususnya dalam program kerja ini adalah di bidang pendidikan. Kelompok KKN Kolaboratif 077, setelah usai melakukan survei terjun ke setiap dusun yang ada di Desa Jenggawah dan melakukan wawancara langsung dengan yang bersangkutan, kami menyimpulkan beberapa alasan terbanyak mengapa anak-anak yang terdata tidak melanjutkan sekolah ini memilih jalan tersebut.
Selain karena pernikahan dini dan karena pekerjaan, salah satu kasus yang banyak membuat anak-anak desa Jenggawah berheti sekolah adalah karena pembullyan atau perundungan dari teman-teman di sekolah. “Pas waktu sekolah di SMK, anak kami tidak mau pergi sekolah karena takut sama kakak kelasnya,” ucap salah satu orang tua di dusun Babatan, Desa Jenggawah ketika kelompok KKN Kolaboratif 077 melakukan kunjungan ke rumah yang bersangkutan.
“Anak saya berhenti sekolah karena dibully teman-temannya di sekolah. Kami berusaha untuk melanjutkan sekolahnya dengan cara memindahkan dia di sekolah lain, tapi sepertinya anak saya sudah trauma sekali. Meskipun kami sudah merayu dengan segala macam usaha dia seperti mempunyai ketakutan sendiri untuk pergi ke sekolah.” Orang tua lain turut menjelaskan bahwa perlakuan bullying di sekolah dapat mempengaruhi kondisi mental anaknya bahkan sampai sekarang.
Dalam upaya memerangi perundungan di lingkungan sekolah, kelompok KKN Kolaboratif 077 merancang kegiatan penyuluhan anti-perundungan kepada anak sekolah yang kemudian dilaksanakan pada Senin, 5 Agustus 2024 di SDN 07 Jenggawah. Acara yang digelar di aula sekolah tersebut dihadiri oleh siswa yang berasal dari kelas 4, 5, 6 SD yang merupakan target audience dari penyuluhan ini serta guru dari SDN 07 Jenggawah. Kegiatan ini mendapat respon positif baik oleh kepala sekolah dan guru.
Kegiatan dimulai dengan sambutan hangat dari salah satu penanggung jawab acara dari mahasiswa KKN, Artanti. "Perundungan bukan hanya merugikan korban, tetapi juga merusak suasana belajar. Melalui sosialisasi ini, kami berharap bisa meningkatkan kesadaran dan memberi bekal kepada anak-anak dan orang tua tentang cara menghadapi dan mencegah perundungan," ujarnya.
Acara dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh Magdalena dari Universitas Dr. Soebandi dan juga Anis Widiastutik dari Universitas Jember. Mereka juga mengajarkan teknik-teknik dasar untuk mengidentifikasi dan melaporkan perundungan, sebab akibat, serta cara mendukung teman yang mungkin menjadi korban.
Selain penyampaian materi, terdapat juga sesi ice breaking khusus untuk siswa untuk membuat adik-adik merasa terhibur dan fresh sehingga bisa mengikuti kegiatan selanjutnya. Setelah dilakukan Ice Breaking, siswa dipertontonkan beberapa video kartun yang menayangkan bagaimana bullying dapat terbentuk, akibat, serta cara penanggulangannya. Kemudian dibuka sesi tanya jawab yang berlangsung meriah karena di bagian ini siswa yang berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan pemateri tentang bullying mendapatkan hadiah.
Kegiatan tanya jawab dan pemberian hadiah emerupakan upaya untuk membuat siswa semakin paham akan materi bullying yang telah disampaikan.