Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa KKN UMP Sosialisasi Pencegahan Leptospirosis di Desa Karangbenda

Diperbarui: 15 September 2022   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokpri)

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Reguler Universitas Muhammadiyah Purwokerto kelompok 090 desa Karangbenda Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap yang beranggotakan 12 orang dan dibimbing oleh Kurniawan, M. Si. Salah satu anggotanya yang bernama Adela Ansoriah S.H, dari program studi Teknologi Laboratorium Medik, telah melaksanakan program kerja individu berupa sosialisasi dengan tema “Pencegahan Leptospirosis”. 

Bertempat di balai desa Karangbenda, kegiatan ini di ikuti dari masing-masing kelompok tani dan Kelompok Wanita Tani (KWT). Acara ini dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 20222 pukul 19.00 WIB. Kurniawan, M. Si, dosen dari Fakultas Ilmu Kesehatan yang menjadi pembicara pada acara tersebut.

Adela Ansoriah S.H sebagai penyelenggara acara merasa senang bisa menyelenggarakan sosialisasi pencegahan leptospirosis. Kegiatan ini merupakan inisiatif dari saya. Pemilihan program kerja tersebut sudah di konsultasikan dengan DPL dan Ibu Tuti selaku Sekertaris Daerah Karangbenda atas dasar kondisi lingkungan di wilayah desa Karangbenda.

Sementara itu Bapak Kurniawan, M. Si, selaku pemateri mengawali materi dengan menjelaskan perihal pengertian leptospirosis. Dengan bantuan proyektor, Pak Kurniawan melanjutkan penjelasanya dengan menarik mengenai cara penularan, gejala, bagaimana cara pencegahan, pemeriksaan diagnosis dan pengobatan penyakit leptospirosis. Selain itu dibagikan pula copyan materi yang berisi gambaran singkat tentang penyakit tersebut sehingga materi yang disampaikan lebih mudah diterima oleh warga.

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis menular yang dapat menimbulkan wabah jika tidak dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin. Leptospirosis disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira interrogans, kuman aerob (termasuk golongan Spirochaeta) yang berbentuk spiral dan bergerak aktif yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. 

Bakteri ini bersifat komensal pada hewan dan secara alamiah memang berada di tubulus ginjal dan saluran kelamin hewan tertentu. Bakteri Leptospira memiliki dua lapis membran, berbentuk spiral, lentur, tipis dengan tebal 0,1 μm dan panjang 10-20 μm. Sejauh ini kasus Leptospirosis banyak terjadi di kalangan petani.

Penularan leptospirosis secara langsung melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung  bakteri  leptospira masuk ke dalam tubuh, baik dari hewan ke manusia maupun manusia ke manusia. Di Indonesia, sumber penularan utama leptospirosis adalah tikus.Hewan adalah tikus (rodent), babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak 

Sedangkan penularan secara tidak langsung terjadi melalui genangan air, banjir, sungai, danau, selokan air dan lumpur yang tercemar urin hewan yang mengandung bakteri Leptospira. Penularan langsung dari manusia jarang terjadi selain air banjir, lumpur, sampah, sayuran mentah, dan buah, sangat mungkin terkontaminasi urine hewan yang mengandung leptospira.

Adapun gelaja dari penyakit leptospirosis antara lain demam tinggi, meriang, batuk,mual, muntah, sakit kepala, nyeri otot terutama bagian betis, sakit perut, diare, kulit atau area putih pada mata yang menguning, muncul ruam, konjungtivitis. 

Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat berkembang menjadi berat yang disebut sebagai penyakit weils yang ditandai adanya kulit kuning, air seni warna cokelat tua, perdarahan, gagal ginjal, syok (penurunan tekanan darah), penurunan kesadaran, hingga kematian. Dan apabila didapatkan gejala­-gejala tersebut pada orang-orang dengan faktor risiko leptospirosis dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

Disampaikan pula kepada peserta sosialisasi tentang bagaimana cara pencegahan leptospirosis. Yang utama adalah tetap menjaga imunitas tubuh, meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan, selalu melaksanakan CTPS setelah beraktivitas, mandi yang bersih setelah ke sawah dan berkebun,  menggunakan alat pelindung diri  (sarung tangan, sepatu boat), melakukan desinfeksi pada tempat-tempat yang tercemar oleh tikus dan lakukan pemberantasan tikus. Dan untuk pemeriksaan diagnosisnya yaitu Mendeteksi Leptospira secara langsung menggunakan mikroskop lapangan gelap atau mendeteksi bakteri Leptospira dengan membiakkan, mendeteksi gen spesifik Leptospira menggunakan PCR, mendeteksi antibodi terhadap Leptospira secara serologis menggunakan metode MAT, ELISA, RIA, IHA, dll.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline