Minggu, 30 Juli 2023 tim mahasiswa UNNES Giat 5 Desa Wonokromo melakukan Pelatihan Teknik Pewarnaan Textile Shibori yang bertempat di balai desa. Shibori merupakan sebuah teknik menghias kain yang dilakukan dengan cara mencelupkan kain yang sudah dibuat pola dengan ikatan dan lipatan ke pewarna. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu PKK yang berjumlah dua belas orang dan berlangsung dari pukul delapan pagi hingga dua belas siang. Pelatihan shibori dipandu langsung oleh salah satu mahasiswa UNNES Giat 5 yang berasal dari jurusan Tata Busana serta mahasiswa lainnya membantu untuk mendampingi saja.
#BersamaUnnesGiat, Membangun Indonesia dari Desa
Pelatihan teknik pewarnaan shibori sebagai salah satu program kerja yang dijalankan bertujuan untuk mengenalkan sekaligus menambah wawasan masyarakat Desa Wonokromo mengenai pewarnaan textile khususnya shibori. Selain itu, menambah kemampuan masyarakat dalam pewarnaan textile shibori melalui praktik dan juga pendampingan yang dilakukan. Selanjutnya, menghadirkan peluang usaha micro yang mudah dilakukan dalam lingkup industri rumahan.
Rangkaian acara yang pertama adalah sambutan dari Bapak Imron Asnawi selaku kepala Desa Wonokromo, kemudian sambutan dari Ibu Widarti sebagai Ketua Penggerak PKK, dan yang terakhir sambutan ketua panitia pelaksana pelatihan teknik pewarnaan textile shibori. Kedua, penyampaian materi secara singkat mengenai apa itu shibori dan alat serta bahan yang diperlukan. Acara yang selanjutnya adalah memulai praktik secara langsung. Perlengkapan yang dibutuhkan meliputi kain yang cepat menyerap zat warna seperti kain katun, pewarna kimia (remasol), alat ikat (benang, rafia, karet, dan sebagainya), waterglass, air hangat, wadah (ember, baskom, gelas, dan sebagainya), alat penakar, kuas, sendok, dan spons.
Pada kesempatan kali ini, pewarnaan shibori yang dilakukan menggunakan bahan pewarna kimia. Awalnya ibu-ibu diarahkan untuk mencuci kain dengan bubuk Turkish Red Oil (TRO) agar serat kain lebih mudah menyerap zat warna. Setelah itu dijemur minimal 15 menit dan maksimal 30 menit untuk kemudian dibilas hingga bersih. Selanjutnya membuat pola ikatan dan lipatan. Pola yang dicontohkan kepada ibu-ibu adalah itajime, arashi, kumo, nui, dan scrunch. Setelah pola terbentuk maka dapat diwarnai dengan beberapa teknik seperti celup, kuas, tuang, dan tergantung motif yang diinginkan.
Tahap berikutnya ibu-ibu diarahkan melakukan proses viksasi setelah kain selesai diwarnai dan dijemur. Viksasi adalah tahap penguncian warna dengan larutan waterglass dengan syarat satu warna pencelupan untuk satu larutan. Kain dapat dijemur kembali, jika sudah kering dibilas menggunakan air mendidih dengan tujuan menghilangkan waterglass dan memunculkan warna sebenarnya. Ibu-ibu melakukan tahap penjemuran kain yang terakhir, sebelum nantinya kain yang telah bermotif bisa dikreasikan menjadi tas, sarung bantal, taplak meja, dan lainnya.
Ibu-ibu merasa senang mengikuti pelatihan shibori yang dilakukan, karena mendapatkan pengalaman dan ilmu baru. Besar harapan bahwa pelatihan ini tidak hanya berhenti pada kedua belas ibu-ibu tersebut saja, melainkan bisa diajarkan pada warga wonokromo lainnya juga. "Saya berharap sih ke depannya ibu-ibu bisa lebih mengkreasikan lagi ya, sehingga berpeluang juga untuk dijual dan menambah pendapatan warga wonokromo," kata Ibu Widarti selaku Ketua PKK (30/07/2023).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H