Blitar 15 Oktober 2021. Program pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini adalah hilirisasi dari penelitian yang berjudul "Sejarah Sebagai Peristiwa Sosial: Ingatan dan Memorialisasi Komunitas Tionghoa Tentang Peristiwa Revolusi di Jawa Timur".
Program pengabdian ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara desain operasional pembelajaran dan kebijakan pemerintah pusat untuk menjalankan pembelajaran jarak jauh di satu sisi, dengan realitas di lapangan di sisi lain. Solusi dari program pengabdian ini adalah pembaharuan materi dan media.
Dengan mengambil fokus pada daerah Blitar, materi sejarah ini memotret gejolak peristiwa nasional pada masa Revolusi Fisik dalam konteks lokal, sehingga mampu mendekatkan peristiwa sejarah nasional ke dalam kehidupan lokal sehari-hari masyarakat Blitar di masa Revolusi Fisik.
Kedua, dengan mengangkat bentuk-bentuk memorialisasi yang diinisiasi oleh kelompok etnis di Blitar, pelajaran sejarah akan berangkat dari masa kini untuk mengeksplorasi masa lalu. Dengan demikian, diharapkan dapat mengatasi persoalan pembelajaran sejarah yang kaku dan hanya terbatas pada fakta-fakta sejarah politik.
SMAN 1 Talun terletak di sekitar pusat kegiatan perekonomian (Pasar Wlingi, Pasar Hewan), layanan kesehatan (RSUD Ngudi Waluyo, Kantor BPJS Kabupaten Blitar), pemerintahan (kantor pemerintahan, samsat dan Polres Blitar) dan cluster institusi pendidikan lintas jenjang. Hal ini menggambarkan bahwa SMAN 1 Talun berada di wilayah yang tidak terkendala jaringan internet dan ketersediaan piranti teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Namun, posisi strategis SMAN 1 Talun tidak menjamin bahwa civitas akademika-nya tidak mengalami kendala dalam menjalankan pembelajaran jarak jauh.
Permasalahan yang seringkali ditemui pada pembelajaran jarak jauh di wilayah perkotaan adalah kegagapan teknologi dari para generasi tua, kurangnya pembaharuan atas temuan-temuan mutakhir ilmu pengetahuan, serta minimnya kreativitas pada penyajian materi (media pembelajaran). Derajat hambatan dalam pemanfaatan teknologi berbanding lurus dengan jumlah usia seorang guru. Sebaliknya, hambatan pemanfaatan teknologi relatif lebih kecil ditemukan pada guru yang berusia di bawah 35 tahun. Tidak semua guru, terutama yang berusia tua, familiar dengan teknologi dalam pembelajaran jarak jauh.
Pandemi Covid-19, bagi para guru sejarah dan siswa di SMAN 1 Talun, berdampak pada pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang hampir mengurangi sama sekali interaksi tatap muka. Di sisi lain, hasil dari focus group discussion dengan guru SMAN 1 Talun menyebutkan bahwa sebagian besar siswa merasa bosan dan lebih sulit menerima pelajaran dalam pembelajaran jarak jauh, dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran tatap muka langsung.
Terdapat kesenjangan antara desain operasional pembelajaran dan kebijakan pemerintah pusat untuk menjalankan pembelajaran jarak jauh di satu sisi, dengan realitas di lapangan di sisi lain.
Guna menjembatani permasalahan tersebut, SMAN 1 Talun selaku calon mitra program pengabdian kepada masyarakat ini setuju untuk memperkuat kreativitas guru agar pembelajaran jarak jauh tidak membosankan, dan menjadi lebih menarik. Terdapat beberapa solusi yang muncul. Pertama, diusulkan pemaparan pembelajaran sejarah kontekstual, dengan menempatkan sejarah Blitar di masa revolusi fisik sebagai topik kajian, kiranya akan memperbaharui wawasan dan pengetahuan guru dan siswa. Sebagai hilirisasi hasil penelitian, diseminasi temuan-temuan sejarah Blitar di masa Revolusi Fisik merupakan hal yang sesuai untuk dilakukan.
Paparan temuan mutakhir penelitian, dapat menggambarkan kehidupan sosial-politik dan budaya di Blitar saat itu. Selain materi, guru dan siswa akan mendapatkan pemaparan perihal proses penelitian.
Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dengan mendapatkan paparan secara langsung dari sejarawan. Kedua, diusulkan pelatihan pengemasan media pembelajaran jarak jauh untuk materi sejarah Blitar di masa Revolusi Fisik.