Lihat ke Halaman Asli

KKN27BatuBara

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan

Kisah Inspiratif Nenek Nurwayah: Perjalanan Hidup dan Dedikasi dalam Pendidikan

Diperbarui: 4 Agustus 2024   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Tim KKN 27 Batubara / Foto Nenek Nurwayah

Di sebuah desa di Kecamatan Air Putih, terdapat seorang wanita tangguh bernama Nenek Nurwayah, yang kini berusia 83 tahun. Kerap di panggil Andong (Nenek) oleh masyarakat sekitar, Nenek Nurwayah telah menghabiskan 50 tahun tinggal di Desa Pasar Lapan, meninggalkan jejak tak terhapuskan dalam dunia pendidikan dan kehidupan banyak orang.

Nenek Nurwayah memiliki masa kecil yang penuh dengan tantangan. Ia kehilangan ibunya pada usia 8 tahun, dan delapan tahun kemudian, ayahnya juga meninggal dunia. Dengan keadaan yang sulit, Nenek Nurwayah harus berjuang keras untuk melanjutkan pendidikannya. Meski tamat SD pada usia 18 tahun, ia tidak pernah menyerah pada impian dan harapannya. Tamat SMP, ia sempat menjual tape untuk membantu perekonomian keluarga, dengan harga 25 ribu rupiah per bungkus.

Perjalanan karir Nenek Nurwayah sebagai guru dimulai di Riau, tepatnya di Bagan Siapi-api, pada tahun 1965. Ia kemudian ditugaskan berpindah-pindah untuk mengajar, dari Riau ke Langkat, Binjai, Rantau Prapat hingga terakhir kali mengajar di sebuah sekolah di Tanjung Kuba. Mendedikasikan dirinya pada dunia pendidikan hingga pensiun pada tahun 2013. Kemudian menetap di Desa Pasar Putih, Kec. Air Putih, Kab. Batu Bara. Nenek Nurwayah juga pernah pergi ke Cibubur selama dua bulan lamanya dalam mengikuti kegiatan PRAMUKA.

Nenek Nurwayah adalah ibu dari empat anak, salah satunya merupakan sepasang anak kembar. Anak-anaknya tumbuh menjadi individu yang sukses dalam berbagai bidang. Seorang anak sudah sarjana agama dari IAIN, kemudian salah satu anak yang lain lulusan ekonomi dari UMSU, seorang perempuan sarjana pelayaran, dan yang terakhir menjadi seorang tentara. Suaminya yang merupakan asli daerah setempat meninggal dunia setahun setelah mereka pindah ke Desa Pasar Lapan, membuat Nenek Nurwayah harus mengurus anak-anaknya sendirian selama 41 tahun hingga saat ini.

Mengajar adalah panggilan jiwa bagi Nenek Nurwayah. Ia selalu bersedia ditempatkan di kelas mana saja, menyemangati anak-anak dengan cerita-cerita dongeng seperti kisah Kancil dan Siput di kelas bawah sekolah dasar. Nenek Nurwayah juga sering memberikan kuis untuk membuat anak-anak lebih memperhatikan pelajaran, memberikan hadiah 50 sen bagi yang berhasil menjawab pertanyaan.

Salah satu saran sukses dari Nenek Nurwayah adalah selalu melaksanakan salat tahajud. Selain mengajar, Nenek Nurwayah juga sempat kuliah di jurusan bahasa (PGSLP) dan belajar bahasa Jawa kuno, semuanya sambil tetap mengajar.

Setelah pensiun, Nenek Nurwayah berhasil menunaikan ibadah haji dan umrah ke Mekkah sebanyak dua kali, sebagai bentuk rasa syukur dan keteguhan imannya. Dalam masa hidupnya, ia juga sempat menjadi pengasuh untuk keponakannya setelah saudara-saudaranya meninggal.

Pengalaman hidup Nenek Nurwayah penuh dengan pelajaran berharga. Dedikasinya tak hanya membuatnya dihormati oleh murid-muridnya, tetapi juga membuatnya menjadi panutan bagi banyak orang.

Dengan semangat yang tak pernah padam dan cinta yang tulus terhadap pendidikan, Nenek Nurwayah telah meninggalkan jejak yang mendalam di hati banyak orang. Kisah hidupnya adalah bukti bahwa ketekunan, iman, dan kasih sayang dapat mengatasi segala rintangan dan membawa perubahan positif bagi dunia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline