Kemajuan peradaban telah membawa banyak inovasi dan tekonologi yang dihadirkan, sehingga membuat setiap lini aspek kehidupan di isi oleh berbagai penemuaan-penemuan baru yang kemudian dipromosikan ketengah public (Baca ; Konsumen).
Sudah tidak bisa dibendung lagi jika harus kembali bertanya mengapa ini semua sedemikian pesatnya berkembang, satu hal yang perlu sangat serius dipikirkan bahwa hilangnya batas-batas demarkasi atas aspek yang membentuk identitas dan keasliaan sesungguhnya.
Arus zaman yang menggeliat disegala bidang menempatkan setiap orang memaksimalkan selera hidupnya menuntut adaptif dengan kondisi dan perkembangan sosial yang tanpa batas. Kemudahan dalam mencari informasi tidak lagi sulit ditemukan, karena era yang serba terfasilitasi membuat orang sudah cukup memadai guna memenuhi keingintahuanya.
Di era kini yang mana laju informasi semakin tidak terkontrol dengan hadirnya berita atau wacana baru dan berbeda yang ditampilkan membuat orang-orang digempur akan hal-hal baru yang tidak ada habisnya, inilah yang kemudian membikin orang kehilangan perhatianya, berita yang bermunculan memberi kabar berbagai macam topic dengan membawa pesan tertentu (implicit dan eksplisit)
Beragam isu, masalah menyelinap yang selau saja menanggagu pikiran kita. Tidak cukup waktu, disaat kita mencoba berusaha memahami isi informasi tersebut, pada saat yang bersamaan muncul berita terbaru yang berseliwearan menguak dalam media sosial apa lagi jika yang tampilkan perihal bernuansa kontroversi tak pelak pasti akan menjadi bahan perbincangan disana-sini sambil menempatkan posisi kemudian mengklaim diri mampu dan berhak menilai membenarkan dan menyalahkan atas peristiwa yang terjadi, perbedaan kedudukan cara pandang subjektifitas masing-masing orang seharusnya diterima sebagai alternative perspektif untuk memungkinkan kita bisa menemukan jawaban yang ideal atas banyaknya pendapat dan alasanya yang dibangun, dengan pemahaman seperti itu kita minimal tidak terjebak pada sesuatu di luar konteks atau duduk persoalan.
Harus diakui dan bahkan secara sadar bahwa kita sudah hidup pada era ekonomi informasi, bagaimana tidak, hari-h ari atau bahkan tiap detik kita selalau di suguhkan oleh berita-berita yang beragam isinya, hadirnya pun membuat sebagian orang dengan serampangan bereakasi, di lain sisi pula pun ada memang orang yang secara perlahan membacanya, mencermati sekaligus menyelami apa sebenarnya dibalik berita itu sehingga pada ranah ini bias terhadap dalam meletakan perspektif dan pemahaman sangat mungkin tidak terjadi, kita pernah memikirkan atau tidak ketika mendapati, menjumpai banyakanya berita yang beredar adakah timbul kesan untuk mempertanyakan sejauh mana pentinganya berita itu dikabarkan dan urgensinya untuk kita konsumsi, belum lagi jika harus dikorelasikan kedalam hidup kita sehari-hari, ketidakrelevan inilah yang membuat segeilintir orang kurang mendapatkan kunci penjelasan dari banyaknya apa ia jumpai dalam berita.
Kadar berita yang dilebih-lebihkan seolah memberi kesan bahwa dituntut untuk diketahuinya, jika dari kita pernah menemukan fenomana semacam ini apa yang terlintas dalam pikiran dan benak kita, tentu dari masing-masing kita mempunyai pesan dan pendapat yang berbeda, entah dalam hal ini merasa miris, lucu, unik dan sederet kesan yang ditimbulkan.
Barangkali ini sudah jadi soal yang lumrah dalam kesehariaan kita, pentingnya sebuah berita itu tergantung bagaimana konten dan konteks yang mau disebarkan dan disingkap, yang pastinya memuat ide dan gagasan termuat didalamnya, kini memang sulit sekali untuk sangkal berbagai macam berita beredar ke mana-mana (FB,WA dan platform sejenisnya) agaknya merumitkan kita untuk mendeteksi yang hoaks dan fakta, kita tidak punya peralatan yang memadai guna mengetahui secara jeli berita-berita tersebar, jelas semuanya menjamur dan bercampur aduk, saran untuk kita ialah bagaimana semestinya bersikap dan menilai.
Informasi yang semakin membeludak menuntut kita supaya bisa berpikir objektif dan kritis, usaha ini membentuk kita bisa lebih mendalami kedalaman berpikir, terhindar dari pola pikir yang mudah dipengaruhi, digiring dan bahkan mengikuti orang lain yang tidak membawa hal faedah bagi kita, jauh lebih dari itu perlunya kesedaraan dan kematangan berpikir, kita adalah bukan apa yang kita bentuk, namun apa yang dibaca, dilihat dan rasarkan.
Jadilah benteng terhadap diri sendiri, pikirkan yang fondasional dalam menjangkau hal baru jika ada hal yang ingin diketahui. Tidak selamanya yang kita jumpai benar adanya, banyakanya infromasi dibaca membuat pikiran kita tersiksa.