Desa Gambiran, Kecamatan Kalisat, ternyata menyimpan potensi yang sangat menjanjikan. Hal ini terungkap dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) kolaboratif yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa. Selama kegiatan tersebut, para mahasiswa berhasil mengidentifikasi beberapa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) atau disebut juga sebagai UKM yaitu Usaha Kecil dan Menengah. UMKM adalah jenis perusahaan di Indonesia yang dimiliki oleh perorangan. Badan usaha yang sudah ditetapkan oleh undang-undang nomor 20 tahun 2008. UMKM adalah bisnis yang dijalankan secara individu, rumah tangga atau badan usaha ukuran kecil. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan oleh perorangan sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dilakukan oleh badan usaha.
Temuan ini menjadi angin segar bagi masyarakat Desa Gambiran. Mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) Kolaborasi antara mahasiswa dan pelaku UMKM diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa UMKM yang ditemukan memiliki produk unggulan yang unik dan berpotensi menembus pasar yang lebih luas.
Sudut Pandang: Berita ini menyoroti potensi desa yang selama ini mungkin belum banyak diketahui orang. Kolaborasi mahasiswa menjadi katalisator dalam upaya menggali dan mengembangkan potensi tersebut. Adapun beberapa UMKM yang ditemukan di antaranya sebagai berikut:
1. Kerupuk Petulo
Pemilik: Imam Ilyanto
Bapak Imam merupakan salah satu pengusaha UMKM kerupuk Petulo di Desa Gambiran RT 21 RW 8. Usaha yang dijalankan oleh bapak Imam didirikan pada tahun 2017. Motivasi bapak Imam membuat usaha kerupuk Petulo karena ingin meningkatkan perekonomian Keluarga. Dalam pembuatan Petulo, bahan baku yang digunakan adalah tepung beras, tepung tapioka, bawang putih dan terasi. Pembuatan kerupuk Petulo tersebut awalnya mencampurkan bahan-bahan yang sudah tertera lalu giling, dikukus sampai matang, dijemur sampai kering dengan terik matahari full sampai 6 jam, jika tekstur pada kerupuk sudah kering maka kerupuk siap untuk dijual dengan harga 22.000 satu kilonya.
2. Cincau
Pemilik: Sumiati
Pembuatan cincau ini sudah ada sejak tahun 2003, UMKM ini dibuat langsung oleh Bu Sumiati. Usaha yang dijalankan oleh ibu Sumiati berawal dari tidak adanya penjualan cincau di desa Gambiran Rowo 1 RT 16 RW 06 sehingga ibu Sumiati berinisiatif untuk membuat cincau bersama suami. Penjualan awal dimulai dari memberikan testimoni pada tetangga sekitar, setelah beberapa minggu berlalu penjualan cincau ini mengalami peningkatan dengan pesat hingga saat ini. Hingga saat ini penjualan cincau terus berkembang sehingga ibu Sumiati tidak perlu mengantarkan pesanan pembeli tetapi pembeli yang datang ke rumah ibu Sumiati untuk membelinya. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan cincau terdiri dari, daun cincau (janggelan) beserta batangnya, serbuk cincau , soda, tepung tapiy dan tepung sagu. Kata ibu Sumiati "caranya membuat cincau itu, pertama, daun dan batangnya di jemur sampai kering setelah di cuci bersih (berubah warna jadi hitam) lalu di rebus beberapa jam untuk mengeluarkan warna hitam pada air rebusan. Kedua, air rebusannya disaring tunggu dingin lalu campurkan tepung tapioka, tepung sagu dan sodanya. Ketiga, aduk merata dan hidupkan api dengan tingkat api sedang sampai besar, masak selama 4 jam dan diamkan selama 12 jam sampai berbentuk jelly". Jika sudah jadi, cincau siap dijual dengan harga 5.000 per kilo nya.