Lihat ke Halaman Asli

Pembuatan Ekstra Kentang Gula (EKG) sebagai Agen Pengendali Hayati bagi Petani di Desa Alasmalang

Diperbarui: 23 Juli 2023   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggota KKN mewawancarai Petani (Sumber : dokpri)

Desa Alasmalang merupakan desa yang berada di Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Dengan ketinggian 13 m dengan jumlah penduduk 3.648 pada tahun 2010. Sejumlah mahasiswa kelompok 123 survey lokasi ke Desa Alasmalang untuk mengetahui potensi desa. Setelah ditelusuri, Desa Alasmalang memiliki lahan pertanian yang luas. Di Desa Alasmalang memiliki 3 kelompok tani. Namun, desa ini memiliki masalah penggunaan pestisida sintetis secara berlebihan. Sehingga kelompok 123 memiliki ide mengenalkan pestisida organik kepada para petani, yaitu APH.

APH (Agen Pengendali Hayati) adalah salah satu jenis agen penangkal hama dan penyakit tanaman ramah lingkungan. Bentuk pestisida berupa cairan yang disemprotkan ke tanaman yang disebut dengan EKG (Ekstra Kentang/Kedelai Gula). Ekstra Kentang/Kedelai Gula (EKG) ini sebagai peptisida organik yang dapat digunakan untuk pendamping peptisida yang sudah ada. Kelompok KKN 123 Unej Membangun Desa akan mengenalkan Ekstra Kentang/Kedelai Gula (EKG) sebagai peptisida organik yang lebih ramah lingkungan dan murah. Selain itu, Ekstra Kentang/kedelai Gula (EKG) bahan mudah di dapat dan diaplikasikan. Sebelum membuat Ekstra Kentang/kedelai Gula (EKG) perlu adanya observasi untuk mengetahui permasalahan hama yang dihadapi oleh para petani di desa Alasmalang

Sebelum penyemprotan produk APH, terlebih dahulu mahasiswa kelompok 123 observasi ke sawah-sawah di Alasmalang. Tujuan dari kegiatan ini adalah melihat masalah-masalah yang ada di lapangan.  Pemimpin kelompok tani Subur 1, menyambut dan menerima maksud kedatangan mahasiswa kelompok 123. Mahasiswa diajak mengunjungi lahan sawah milik petani-petani kelompok Subur 1.

Kegiatan mewawancarai Petani (Sumber :dokpri)

Selama bulan Juli-Agustus, petani berfokus pada produksi jagung. Pupuk urea dan ponska paling sering digunakan untuk perawatan tanaman jagung. Hama yang paling sering dijangkiti adalah ulat dan gulma. Petani biasanya menjaga serangan hama dengan menggunakan obat toksidin karena dinilai terjangkau dibandingkan obat-obatan lain. Saat diwawancarai, ketua kelompok tani  memberikan tanggapannya mengenai para petani, "Petani sulit menerima produk lain. Biasanya yang dipakai itu-itu saja." Hal ini menjadi tantangan kelompok 123. Pasalnya produk APH adalah jenis pestisida yang asing di telinga para petani Alasmalang. Kelompok 123 berencana mengadakan pertemuan kelompok petani Subur 1 untuk mengenalkan APH.

Proses Pembuatan EKG diawasi oleh POPT

Proses Pembuatan EKG yakni dengan menyiapkan kentang/kedelai, starter APH, air mineral, galon, aerator, selang bening, gula, PK dan Antibakteri. Pertama, kupas kentang lalu potong dadu. Lalu cuci kentang dan kedelai. Lalu rebus kentang untuk diambil ekstranya lalu masukan ekstra kentang ke galon ditambah dengan air gula. Siapkan alat dan urutan dan hubungkan dengan skema dengan selang secara rapat oleh lem. Isi botol pertama dengan larutan PK. Botol kedua dengan glasswoll. Galon berisi ekstra kentang dan gula yang akan dimasukan Metarizhium sp untuk Spodoptera frugiperda, Paenibacillus polymyxa untuk hama bulai, Pseudomonas fluorescens untuk bulai . Isi botol ketiga dengan air bersih sebagai air control. Tutup rapat semua botol dan galon. Terakhir, nyalakan aerator dan fermentasi selama 10 hari. Proses Pembuatan EKG ini diawasi dan dibantu oleh POPT (Pengamat Oeganisme Pengganggu Tanaman)

Prototype APH (Sumber: dokpri)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline