Sandang (pakaian) merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, sandang tidak sekedar menjadi kebutuhan belaka, namun beranjak menjadi penanda (penegasan) identitas. Seperti kebudayaan, agama, sosio masyarakat, dan berbagai lokus lainnya. Sebagai contoh, baju kemeja putih dan celana merah identik dengan seragam SD dan kain lurik berkelindan dengan pakaian adat Jawa.
Endah merupakan seorang ibu yang berasal dari Desa Besuki di Kabupaten Tulungagung, tidak hanya sebagai seorang ibu, sosok yang melahirkan dua anak itu juga bergelut di dunia sandang, yakni konveksi. Endah telah lama berkecimpung di dunia konveksi. Bisa dibilang bertahun-tahun, mengarungi waktu ke waktu. Sebagaimana angka 100 yang dimulai dari angka 1, usaha yang dibangun oleh Endah pun dimulai dari usaha kecil-kecilan sebelum akhirnya menjamur di berbagai tempat.
Produk yang diproduksi oleh Endah sifatnya pre-order, dengan kata lain, Endah memproduksi pakaian ketika ada permintaan masuk. Pakaian yang dapat dikerjakan meliputi seragam, kerudung, dan baju adat. Untuk seragam, mencakup seragam SD sampai dengan Kuliah (Jas Almamater). Berkat mutu dan kualitas yang apik dan selalu terjaga, banyak sekolah dari berbagai desa di Kecamatan Besuki mempercayakan pengadaan seragam kepada Endah.
Proses pengerjaan pesanan dilakukan secara desentralisasi. Endah memiliki beberapa titik pengerjaan yang dibagi sesuai dengan tahap pengerjaan. Seperti pemotongan kain, penjahitan, dan distribusi. Endah mengambil bahan pakaian dari tempat ia tinggal, yakni Tulungagung. "Tulungagung itu", kata Endah, "selain sebagai kota yang dikenal dengan julukan Sweden van Java, Tulungagung juga dikenal sebagai kota konveksi".
Kini, usaha yang dirintis oleh Endah dengan jerih payahnya telah berbuah manis. Distribusi produknya telah melalangbuana ke antar provinsi, seperti ke Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ia berharap adanya proses estafet semangat kepada anak-anaknya. Sehingga, dapat mengikuti tapak jejak perjuangannya di masa depan kelak. Endah percaya, bahwa proses tidak mengkhianati hasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H