Lihat ke Halaman Asli

KKN T 23 UNUHA NEGERI SAKTI

KKN-T 23 Universitas Nurul Huda

Kondisi Alam yang Asri di Desa Negeri Sakti

Diperbarui: 20 Juli 2023   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah kesibukan pelaksanaan program kerja KKN-T 23 Desa Negeri Sakti, mahasiswa menyempatkan waktu untuk melihat secara langsung keindahan alam Desa Negeri Sakti. Terlihat bahwa betapa asri dan indah alam Desa Negeri Sakti tanpa tersentuh dengan bangunan megah dan mewah. Kegiatan ini mahasiswa KKN-T 23 lakukan guna dapat beradaptasi dan mengenal lebih jauh kekayaan lingkungan. Mahasiswa melaksanakan kegiatan ini dengan berjalan kaki menyusuri hutan dan mengendarai perahu Ketek di sepanjang sungai Komering, Kamis (20/7).

Secara geografis Desa Negeri Sakti terletak di sekitar bantaran sungai Komering. Kondisi hutan yang masih rindang dan banyaknya hewan liar masih kental di Desa Negeri Sakti. Masyarakat setempat terbiasa mengandalkan alam untuk mata pencaharian mereka seperti menanam padi (Tongah), pohon karet, pohon pisang, serta hasil hutan yang tumbuh secara alami. Selain itu, hasil dari perairan sungai pun tak kalah menjadi hasil penunjang makanan pokok.

Hasil alam yang terbilang cukup melimpah membuat masyrakat Desa Negeri Sakti bergantung pada kondisi alam setempat. "kami menanam padi di sawah sangat mengandalkan pasanag surut air sungai, amon air sungai pasang kami dak biso menanam padi, tapi amon air sungai lah surut kami biso mengolah sawah." Ucap Mang Herman salah satu petani sawah di Desa Negeri Sakti. 

Hal ini bisa terjadi di sebabkan lahan tanah yang berupa rawa-rawa dan dekat sungai, sehingga penanaman padi hanya bisa di lakukan setahun sekali tergantung musim yang berlaku. Selain bergantung pada musim, para petani sawah Desa Negeri Sakti juga memperediksi dari terbuka dan tertutupnya bendungan dari sungai tersebut. "Amon bendungan tertutup kami biso besawah, tapi amon terbuka kami idak biso besawah." Tutur Kak Wawan seorang pengamat pertanian di Desa Negeri Sakti.

Selain mengolah lahan persawahan, masyarakat setempat juga menamam komoditi lainnya, seperti Limau (jeruk), punti (pisang ), punti kayu (papaya). Mereka menjual hasil panen secara utuh tanpa di olah Kembali. Hal ini di sebabkan mereka belum mengetahui tentang harga jual hasil panen bila di olah Kembali menjadi makanan yang lain. Misalnya saja, buah pisang Gedah yang mendominasi di Desa Negeri Sakti, buah ini akan bernilai jual tinggi bila di olah menjadi makanan ringan seperti kripik sale. 

Kripik sale merupakan sebuah olahan kripik yang di buat dari pisang yang sudah masak. Mungkin terlihat sederhana, namun hasil jualnya sangat berbeda jauh. Perbandingannya adalah bila buah pisang di jual utuh berkisar harga antara Rp.1000-Rp.2000/sisir. namaun bila di jual dengan bentuk sudah di olah berbentuk kripik sale dapat di jual dengan harga Rp.35.000-Rp.40.000/kg.

Dalam kasus ini adalah tugas kami sebagai mahasiswa KKN-T 23 agar dapat memberi wawasan kepada mereka guna menambah kesejahteraan ekonomi di Desa Negeri Sakti. Dan kami berharap para masyarakat dapat mengimplementasikan apa yang sudah kami sosialisasikan kepada mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline