Lihat ke Halaman Asli

Melestarikan Tradisi Mberot: Wajah Kearifan Lokal Di Dusun Sumberkreco

Diperbarui: 16 Januari 2025   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Bantengan Mberot di Dusun Sumberkreco, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Desember 2024. 

Kesenian Bantengan atau sering disebut dengan Mberot, di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pertunjukan berlangsung di Dusun Sumberkreco, Kecamatan Jabung yang digelar pada Minggu malam (29-12), berhasil menarik perhatian masyarakat sekitar. Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga melestarikan kearifan dan keindahan khas masyarakat setempat.

Kesenian Bantengan diiringi dengan musik khas seperti gamelan yang biasanya dimainkan dua orang menjadi kaki depan dan belakang banteng. Orang yang menjadi kaki belakang bertugas sebagai ekor. Uniknya dikatakan berhasil jika orang bagian depan sebagai kepala dianggap mengalami kesurupan. Para pemain yang berperan sebagai banteng dalam mberot menampilkan gerakan-gerakan yang menunjukkan kekuatan dan keberanian. Pemain tersebut umumnya menggunakan kostum berwana hitam dengan topeng berbentuk kepala banteng yang dibuat dari bahan kayu yang dilengkapi dengan tanduk asli kerbau atau banteng.

Acara dimulai dengan penampilan tari tradisional dengan diiringi oleh tabuhan gamelan menciptakan suasana yang syahdu. Setelah tarian, pemain mendekati penonton untuk mengajak mereka berpatisipasi dalam bentuk sawer, yakni memberikan dana seikhlasnya. Pertunjukan ini tidak hanya mendukung para seniman, tetapi juga memperkuat hubungan sosial antara para pemain dan masyarakat.

Atraksi mberot dan kalapan merupakan puncak acara pada Kesenian Bantengan. Tahap kalapan terjadi ketika para pemain tidak terkontrol karena dirasuki oleh makhluk halus yang dibantu peran seorang dalang atau pawang dengan sesajen dan pecut sebagai alat utamanya. Serudukan pemain dengan kepala banteng setelah dipecut menjadi ciri khas sesi kalapan ini.  Uniknya, meskipun mereka dalam kondisi kesurupan, makhluk halus yang merasuki tetap menuntun pemain untuk terus menari.

Pertunjukkan ini tidak hanya dihadiri oleh warga Dusun Sumberkroco, tetapi juga menarik perhatian masyarakat dari dusun-dusun sekitar. Salah satu momen unik dalam acara ini adalah ketika anak-anak kecil dengan penuh semangat mengajak kakak-kakak KKN untuk menyaksikan pertunjukkan. “Awalnya kami tidak tahu ada acara Bantengan, tapi anak-anak di sekitar posko KKN datang dengan antusias mengajak kami untuk ikut menonton. Mereka bilang ‘Ayo nonton Bantengan, Kak! Seru banget!’ kami jadi penasaran dan memutuskan untuk menonton,” ujar Nia, salah satu mahasiswa KKN. Ujar salah satu kelompok KKM Dusun Tebelo, Desa Sidomulyo, “Niat hati ingin bersenang-senang menyaksikan pertunjukan bantengan, malah dapat serudukan.” Selain itu, para pedagang kaki lima juga meramaikan acara ini dengan menjual aneka makanan tradisional sepertijagung bakardan bakso. Hal ini menjadikan pertunjukan Bantengan menjadi pusat kegiatan ekonomi kecil di malam itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline